BI luncurkan QRIS Tap, pembayaran transportasi jadi lebih mudah

Oleh Yuniar A.

Bank Indonesia (BI) meluncurkan QRIS Tap In-Tap Out yang memungkinkan masyarakat melakukan transaksi dengan cepat, aman, dan tanpa hambatan di berbagai moda transportasi publik.

Sejumlah menteri dan pemimpin otoritas moneter menghadiri acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2025. Foto: Bank Indonesia

Bayangkan naik transportasi umum tanpa perlu merogoh dompet atau memindai kode QR. Cukup mendekatkan ponsel ke alat pembaca, dan dalam sepersekian detik gerbang terbuka, tanpa repot, tanpa antre.  

 

Inilah pengalaman baru yang dihadirkan Bank Indonesia (BI) lewat QRIS Tap In-Tap Out, inovasi pembayaran digital yang dirancang untuk membuat perjalanan masyarakat di transportasi publik menjadi lebih cepat, aman, dan nyaman. 

 

Fitur ini resmi diluncurkan di sela acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2025 di Jakarta pada 30 Oktober. 

 

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Fitria Irmi Triswati, mengatakan bahwa peluncuran ini bertujuan untuk memastikan kemajuan teknologi harus menjadi pengungkit kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir pihak. 

 

“Kami ingin memastikan kemajuan teknologi benar-benar menjadi pengungkit kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,” ujar Fitria. 

 

Selama ini, fitur QRIS Tap In-Tap out hanya bisa dinikmati di Jakarta, yang telah diuji coba dan digunakan secara penuh di layanan transportasi MRT Jakarta. Namun, kini QRIS Tap juga dapat digunakan di LRT Jabodetabek, KRL Jabodetabek, bus antar provinsi Damri, dan bus kota yang menjangkau 13 provinsi di Indonesia. 

 

Ke depan, layanan ini juga akan diperluas ke moda transportasi lain seperti angkutan penyeberangan dan akan menjangkau provinsi-provinsi lainnya. 

 

Fitria menambahkan, digitalisasi sistem pembayaran merupakan bagian integral dari visi besar pembangunan ekonomi nasional. 

 

Melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025-2030 yang diperkuat dengan visi Asta Cita Presiden, digitalisasi sistem pembayaran diarahkan untuk mewujudkan sistem pembayaran yang inklusif, efisien, dan berdaulat, katanya. 

Pembayaran transportasi lebih efisien 

 

Menurut Fitria, QRIS Tap merupakan sistem pembayaran digital yang memungkinkan transaksi contactless tanpa perlu memindai kode QR. Pengguna transportasi cukup mendekatkan ponsel yang telah didukung teknologi Near Field Communication (NFC) ke perangkat pembayaran dan transaksi selesai dalam kurang dari satu detik.

 
Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Fitria Irmi Triswati, mengatakan digitalisasi merupakan tulang punggung sistem pembayaran Indonesia. Foto: Dok. TBI

Proses tapping yang supercepat untuk satu kali transaksi, menjadikannya lebih unggul dibandingkan metode pembayaran QRIS yang memerlukan pemindaian QR atau penggunaan chip seperti pada kartu uang elektronik.

 

Dengan QRIS Tap In-Tap Out, pengguna transportasi tidak perlu lagi repot harus membawa kartu fisik di dompet. Cukup menggunakan aplikasi pembayaran digital (seperti e-wallet atau mobile banking) yang sudah mendukung fitur QRIS Tap.

  

“Untuk tarifnya sendiri, fitur single tap diberlakukan untuk tarif tetap, serta tap in-tap out untuk sistem tarif dinamis,” ujar Fitria.   

 

Meski demikian, untuk saat ini fitur tersebut baru tersedia untuk pengguna Android. Bank Indonesia berharap dalam waktu dekat platform iOS pun bisa terhubung dengan fitur ini.  

 

Selain meningkatkan efisiensi transaksi, QRIS Tap juga mendukung program pemerintah dalam mewujudkan transportasi publik yang terjangkau. Melalui skema merchant discount rate (MDR) nol persen dan tanpa biaya layanan, BI memastikan digitalisasi di sektor transportasi berjalan dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan. 

 

Di masa mendatang, QRIS Tap akan diperluas ke sektor retail, serta ko-eksis dengan instrumen pembayaran lainnya, baik itu di pusat perbelanjaan maupun UMKM. Langkah ini ditargetkan mampu memperkuat standar pembayaran digital yang universal di Indonesia.

 

Berlangganan bulletin GovInsider di sini. 

Kolaborasi adalah kunci 

 

Fitria menyoroti kolaborasi strategis antara regulator, pelaku industri, pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat luas merupakan kunci untuk memastikan transformasi digital memberikan manfaat nyata bagi ekonomi nasional.

 

“Berbagai inovasi sudah lahir sebagai wujud nyata dari kerja bersama. Mulai dari QRIS sebagai standar pembayaran ritel nasional, BI-FAST yang menghadirkan transfer cepat dan efisien, hingga eksplorasi Rupiah Digital sebagai fondasi ekonomi masa depan,” ujarnya. 

 

Hingga triwulan III 2025, implementasi QRIS telah mencatat lebih dari 58 juta pengguna dan 41 juta merchant, dengan nilai transaksi mencapai Rp1,92 kuadriliun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara.  

 

BI juga mendorong kolaborasi lintas batas dengan menghubungkan sistem pembayaran QRIS dengan sistem pembayaran regional. Saat ini, QRIS telah terhubung dengan Malaysia, Singapura, Thailand, dan Jepang, memungkinkan pengguna Indonesia bertransaksi di luar negeri menggunakan QRIS.  

 

Sementara kerja sama dengan Tiongkok dan Korea Selatan tengah memasuki tahap uji coba dan diharapkan dapat diimplementasikan dalam waktu dekat. 

 

“QRIS adalah simbol keberhasilan kolaborasi lintas sektor yang telah menjadi kebanggaan bersama dan wajah baru ekonomi digital Indonesia,” tutur Fitria. 

 

Menurut Fitria, di tengah arus digitalisasi global yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian, Indonesia harus tampil sebagai pemimpin dalam arah transformasi digital. 

 

“Indonesia tidak boleh sekadar mengikuti arus perubahan. Kita harus memimpin arah transformasi, menatap masa depan menuju Indonesia Emas 2045 dengan sinergi dan keyakinan,” tegasnya.  

Kepercayaan sebagai fondasi  

 

Fitria menegaskan bahwa keberhasilan digitalisasi sistem pembayaran tidak hanya diukur dari jumlah pengguna atau nilai transaksi, tetapi juga dari tingkat kepercayaan publik terhadap sistem yang dibangun.

 

“Salah satu unsur utama digitalisasi adalah kepercayaan. Trust takes a long time to build, but only a second to break. Dan butuh waktu lama untuk membangunnya kembali,” ujarnya mengingatkan.  

 

Menurutnya, BI terus memperkuat manajemen risiko dan tata kelola sistem pembayaran agar kecepatan inovasi digital tidak mengorbankan integritas transaksi dan keamanan konsumen.  

 

Untuk menghadapi tantangan kejahatan siber, pencurian data pribadi, dan penyalahgunaan identitas digital, BI mendorong pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dalam sistem deteksi dini serta manajemen risiko.  

 

“Pendekatan teknologi sebagai solusi akan mengubah risiko digital menjadi peluang. Dengan sistem peringatan dini berbasis AI, kita bisa memastikan transaksi keuangan nasional berjalan aman, efisien, dan terpercaya,” jelasnya.



Baca juga: Mendagri: Digitalisasi dorong transparansi keuangan daerah