Filipina manfaatkan keanekaragaman hayati untuk solusi kesehatan

By Mochamad Azhar

Program Tuklas Lunas hadir sebagai bagian dari upaya pemerintah Filipina dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap obat-obatan yang berkualitas, terjangkau, dan berbasis kebutuhan lokal.

Program Tuklas Lunas di Filipina berupaya untuk meningkatkan riset kesehatan untuk menghasilkan obat-obatan yang berkualitas dan berbasis kebutuhan lokal. Foto: DOST-PCHRD Tuklas Lunas

Pernahkan anda membayangkan bahwa tanaman yang tumbuh di sekitar kita bisa menjadi kunci pengobatan masa depan?


Inilah yang sedang dilakukan oleh Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-Dewan Riset dan Pengembangan Kesehatan Filipina (DOST-PCHRD) melalui program Tuklas Lunas.  


Dengan melibatkan kerja sama lintas sektoral, program Tuklas Lunas menggali potensi tanaman lokal dan bahan alami Filipina – yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya – untuk diolah menjadi obat-obatan yang efektif dan dapat dipasarkan secara luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 


"Tujuan utama Tuklas Lunas adalah menghasilkan obat-obatan yang aman, efektif, dan terjangkau, untuk mengobati berbagai penyakit yang paling umum di Filipina, baik penyakit menular maupun tidak menular, berdasarkan identifikasi dari Departemen Kesehatan Filipina,” kata Kepala Program Tuklas Lunas di DOST-PCHRD, Rachelle Mendoza.


Menurut Rachelle, program ini berfokus untuk membiayai proyek riset untuk menemukan obat atau kebutuhan terapi dari penyakit-penyakit yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Filipina.  


Salah satunya adalah kanker, yang hingga kini masih menjadi salah satu penyebab kematian utama di negara ini.  


Selain kanker, penyakit seperti demam berdarah, peradangan, diabetes, hingga infeksi bakteri menjadi bagian dari prioritas program. 


Kepada GovInsider, Rachelle berbagi tentang peran program Tuklas Lunas dalam mendukung ekosistem riset kesehatan nasional di Filipina. 


Berlangganan bulletin GovInsider di sini

Kolaborasi adalah kunci keberhasilan Tuklas Lunas


Menurut Rachelle, kolaborasi menjadi faktor kunci program ini karena penemuan dan pengembangan obat tidak bisa dilakukan oleh satu disiplin ilmu saja. Diperlukan kerjasama erat antara ahli biologi, ahli kimia, farmasi, pertanian, hingga industri. 


Proses ini juga membutuhkan koordinasi erat dari berbagai lembaga pemerintah seperti Departemen Kesehatan (DOH), Departemen Pertanian (DA), Badan Administrasi Obat dan Makanan (FDA) dan pusat riset dan pengembangan pemerintah dan universitas. 


Kepala Program Tuklas Lunas, Rachelle Mendoza, (paling depan, kanan) bersama tim. Foto: DOST-PCHRD Tuklas Lunas

Selain mitra akademik dan lembaga pemerintah, sektor swasta juga berperan dalam membawa hasil riset ke pasar dan menjadikannya produk obat lokal yang kompetitif.   


"Para peneliti mungkin mampu menciptakan formulasi di laboratorium, namun proses produksi massal, pengujian skala industri, dan distribusi memerlukan dukungan dari perusahaan farmasi," dia menekankan.  


Melalui kolaborasi, program Tuklas Lunas telah mencatat beberapa pencapaian penting. Dua produk herbal — Lagundi (vitex negundo) dan Sambong (blumea balsamifera) — telah berhasil dipasarkan.


Lagundi dikenal sebagai obat herbal untuk meredakan batuk dan asma, sementara Sambong digunakan sebagai diuretik alami yang membantu kesehatan ginjal, khususnya untuk penderita batu saluran kemih dengan fungsi ginjal normal, Rachelle menambahkan. 


Selain itu, Tuklas Lunas juga telah mendukung pengembangan dua produk cosmeceutical, yaitu gel serum antibakteri dan toner, yang dikembangkan dari tanaman lokal oleh Universitas San Agustin. Produk ini telah melalui proses pengujian antibakteri dan kini tersedia di pasar sebagai bagian dari rangkaian perawatan kulit dengan manfaat medis.  


"Setiap produk hasil penelitian Tuklas Lunas telah mendapat persetujuan dari FDA, termasuk izin untuk melakukan uji klinis sebelum formulasi dipasarkan," Rachelle menambahkan. 

Proses pembiayaan program riset 


Rachelle menjelaskan proses di balik pendanaan riset oleh DOST-PCHRD sangat selektif. Para peneliti diharuskan mengajukan proposal konsep yang mencakup rencana penelitian, anggaran, dan urgensi dari studi yang diusulkan. Proposal tersebut akan dievaluasi apakah sesuai dengan prioritas nasional dan kebutuhan mendesak masyarakat.


Jika lolos tahap awal, peneliti diminta menyusun proposal lengkap yang lebih teknis, mencakup peta jalan teknologi, metodologi penelitian, hingga rincian manfaat produk yang akan dikembangkan.


Setelah dinilai oleh dewan DOST-PCHRD, proposal akan dievaluasi lebih lanjut oleh para ahli eksternal. Pengajuan proposal, tergantung pada variasi anggarannya, harus mendapat lampu hijau dari komite eksekutif.


"Sistem ini memastikan bahwa setiap penelitian yang didanai benar-benar relevan, tidak terduplikasi dengan riset yang sudah berjalan, dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk obat yang dibutuhkan masyarakat," kata Rachelle.


Saat ini, banyak proyek yang tengah berada di tahap formulasi, pra-klinis, bahkan uji klinis, sebagai langkah konkret menuju ketersediaan obat yang lebih luas di pasar.

Mengembangkan ekosistem inovasi 


Untuk memastikan setiap penelitian tetap sejalan dengan kebutuhan masyarakat, DOST-PCHRD selalu merujuk pada Agenda Riset Kesehatan Terpadu Nasional (NUHRA) dan Harmonisasi Agenda Riset dan Pembangunan Nasional (HNRDA) yang diperbarui setiap enam tahun.  


"Proses pembaruan ini dilakukan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga riset di tingkat regional, agar penelitian yang dibiayai benar-benar menjawab kebutuhan nyata di lapangan," dia mencatat. 


Selain itu, program ini juga mendorong terbentuknya Tuklas Lunas Development Centres (TLDC) yang tersebar di berbagai wilayah Filipina. Pusat-pusat ini berfokus pada pengembangan obat berbasis tanaman lokal dan mendukung penguatan kapasitas para peneliti agar mahir dalam berbagai tahapan riset, mulai dari eksplorasi bahan baku hingga pengujian praklinis. 


"Kami juga meningkatkan kapasitas para peneliti di setiap region untuk menjadi ahli dalam berbagai tahapan penemuan dan pengembangan obat dengan harapan di masa depan mereka juga dapat memberikan pembelajaran kepada para peneliti lainnya," katanya.


Ke depan, Program Tuklas Lunas akan terus memperluas risetnya, terutama dalam pengembangan formulasi baru berbasis kekayaan sumber daya hayati Filipina.



Rachelle Mendoza baru-baru ini berbicara sebagai panelis di acara Festival of Innovation GovInsider pada panel "Government and Private Sector Partnership – Getting it Right". Anda dapat melihat rekaman videonya di sini.