Menteri Nadiem: Teknologi berperan sebagai enabler transformasi pendidikan

By Mochamad Azhar

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bagaimana peran teknologi dalam membantu guru, tenaga pendidik dan pihak sekolah meningkatkan skala transformasi pendidikan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim menekankan pentingnya teknologi sebagai alat yang mampu meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Foto: Kemendikbudristek.

“Kami meyakini bahwa peran teknologi adalah sebagai enabler. Teknologi tidak akan menggantikan peran guru, tenaga pendidik, dan kepala sekolah. Pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan bertujuan untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam mengakselerasi perubahan ke arah yang lebih baik.”


Berbicara pada acara perilisan laporan “Dampak Teknologi Terhadap Transformasi Pendidikan di Indonesia” di Jakarta 6 Desember 2023, Menteri Nadiem menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan kementeriannya dalam melaksanakan transformasi pendidikan dengan bantuan teknologi.

Mengubah mindset tentang guru


Menteri Nadiem menyampaikan, hal paling utama yang ingin dicapai dari proses transformasi pendidikan adalah mengubah mindset tentang peran guru di dalam sistem pendidikan nasional.


Selama puluhan tahun, guru dianggap sebagai pejabat administrasi kurikulum yang hanya menyampaikan materi ajar yang sama setiap tahunnya, serta tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri. Guru dituntut untuk melaksanakan kebijakan pendidikan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan akan mendapatkan sanksi apabila tidak melaksanakan ketetapan tersebut.


“Lewat Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar (PMM), mindset tersebut kami ubah. Lewat PMM, guru bisa mengunduh materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di sekolahnya masing-masing. Mereka juga bisa mengunggah praktik-praktik baik yang ia lakukan di ruang kelas untuk menginspirasi guru-guru lainnya di seluruh Indonesia,” ungkap Nadiem.


PMM adalah platform yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui materi-materi pembelajaran yang kontekstual, pelatihan-pelatihan mandiri, dan praktik-praktik baik tentang cara mendidik yang lebih baik.


Hingga Desember 2023, PMM telah dimanfaatkan oleh lebih dari 3,1 juta guru dari 400.000 sekolah di seluruh Indonesia. Saat ini, terdapat 400 ribu konten pembelajaran yang telah diunggah oleh lebih dari 100 ribu guru di seluruh Indonesia. Termasuk di dalamnya 17.000 materi ajar yang siap diunduh.


Laporan Oliver Wyman menyebutkan, PMM telah meningkatkan jumlah peserta pelatihan guru menjadi sebanyak 4,1 juta peserta, meningkat 7 kali lipat dibandingkan tahun 2019. Lebih dari 40% atau 80 ribu guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) telah menggunakan aplikasi tersebut untuk mengakses materi pembelajaran berkualitas.

Platform teknologi yang berorientasi pada pengguna


Meskipun inisiasi PMM berasal dari pemerintah, namun produk teknologi tersebut dirancang secara user-centric sesuai dengan kebutuhan guru dan tenaga pendidik.


“Saya harus jujur mengatakan bahwa PMM dulu adalah milik kementerian. Namun, belakangan PMM telah menjadi milik guru. Itulah salah satu prinsip dasar dari pengembangan teknologi. Kalau sebuah produk teknologi tidak dimiliki oleh pengguna, dia bisa saja dicabut atau menghilang,” kata Nadiem.


Menurut Nadiem, ketika sebuah platform teknologi telah didesain sejak awal untuk dimiliki oleh komunitas pengguna dan melibatkan partisipasi aktif pengguna, maka platform ini akan berkelanjutan dan bertahan. “Di masa depan, saya merasa jauh lebih percaya diri dan optimistis dengan apa yang telah kami mulai. Siapapun presiden dan menterinya nanti, gerakan ini akan terus berjalan.”

Teknologi meringankan tugas administratif guru


Kedua, teknologi membantu proses administrasi sekolah menjadi lebih efisien. Menurut Nadiem, saat kunjungan ke daerah banyak kepala sekolah dan guru dari sekolah umum yang mengaku pekerjaannya terbebani dengan urusan perencanaan dan laporan keuangan.


Dalam sistem pendidikan di Indonesia, setiap sekolah publik wajib membuat sistem perencanaan dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel sebagai persyaratan untuk mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat.


“Karena itu kami menciptakan ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) dan SIPLAH (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah) sebagai platform untuk mempermudah tugas administratif mereka, sehingga pada akhirnya diharapkan lebih fokus memimpin transformasi,” ungkap Nadiem.


Laporan Oliver Wyman menyebutkan bahwa ARKAS dan SIPLAH cukup bermanfaat mengingat sejumlah guru sekolah umum di Indonesia juga mengerjakan tugas administratif sebagai peran kedua mereka. Sebanyak 40% responden menyatakan bahwa kedua platform ini membantu guru menghemat waktu hingga 5 jam dalam proses penganggaran dan pelaporan keuangan tiap bulan.

Peringkat pendidikan Indonesia melesat


Di tahun kelimanya memimpin Kemendikbudristek, Menteri Nadiem menyebut transformasi pendidikan sudah berjalan sesuai jalurnya dan berharap semakin banyak capaian penting di masa depan.


Salah satunya ialah skor Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) Indonesia pada tahun 2022 naik 5 sampai 6 peringkat dibanding PISA 2018, dengan learning loss akibat pandemi Covid-19 yang lebih rendah dibanding rata-rata negara lain. Capaian ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA.


“Teknologi telah membantu resiliensi dunia pendidikan ketika diuji oleh pandemi. Kebijakan kami mendistribusikan kuota internet gratis kepada murid untuk memenuhi aktivitas pembelajaran jarak jauh membuat kita tetap bertahan di masa-masa sulit,” kenang Nadiem.


Berbagai capaian tersebut, Menurut Nadiem, tidak mungkin dicapai tanpa adanya peran aktif guru dan pihak sekolah. Nadiem juga berterima kasih atas kolaborasi yang erat antara Kemendikbudristek dengan PT Telkom beserta tim teknologinya dalam membangun ekosistem teknologi pendidikan.


“Filosofi kami adalah kolaborasi yang bersifat partner-oriented ketimbang vendor-oriented, sehingga setiap pengambilan keputusan selalu melibatkan proses yang iteratif sejak fase eksplorasi, merancang desain, distribusi, hingga pengembangan,” tutup dia.