Saatnya pemerintah meningkatkan tolok ukur kinerja - Festival of Innovation 2025
By James Yau
Berbicara pada hari pembukaan acara Festival of Innovation yang diselenggarakan GovInsider, Menteri Senior Singapura, Desmond Tan, menantang para peserta dari sektor publik untuk "bersikap proaktif, terbuka, dan tak kenal lelah dalam mengejar pembelajaran".

Menteri Senior Negara dan Wakil Sekretaris Jenderal Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC), Desmond Tan, menyoroti pentingnya kreativitas, ketangguhan, dan dorongan pejabat publik untuk mendorong kemajuan lebih lanjut di sektor publik. Foto: GovInsider
Bagi warga Singapura, membayar parkir lewat ponsel dan memperpanjang sesi parkir sambil menikmati secangkir kopi mungkin tidak terasa aneh saat ini.
Hal ini tidak akan terjadi apabila Singapura tidak beralih dari kupon parkir kertas ke aplikasi seluler Parking.sg delapan tahun lalu. Kebijakan ini telah menghemat lebih dari S$3 juta (setara Rp36,9 miliar) dalam waktu 15 bulan setelah peluncurannya, yang mencakup penghematan tenaga kerja dan biaya administrasi.
Demikian diungkap oleh Menteri Senior Negara di Kantor Perdana Menteri Singapura yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC), Desmond Tan, menyoroti dampak dari solusi semacam itu dan implikasinya bagi pejabat publik.
"Di seluruh ASEAN, peran pelayanan publik berubah dengan cepat. Warga negara dan bisnis mengharapkan transparansi yang lebih besar, respon yang lebih cepat, dan akses tanpa batas ke layanan," katanya ketika menyampaikan pidato pembuka di acara Festival of Innovation (FOI) 2025 yang diselenggarakan GovInsider di Sand Expo, Singapura, 25 Maret.
"Munculnya berbagai macam super apps, e-commerce, dan konektivitas virtual telah mengubah ekspektasi ini, membuat pemerintah memiliki tolok ukur baru dalam hal keunggulan layanan," kata Tan.
"Inovasi lebih dari sekadar kata kunci. Inovasi adalah sebuah keharusan di dunia saat ini, dan festival ini berfungsi sebagai platform penting untuk berbagi ide, membuat koneksi nyata, memungkinkan kolaborasi, dan mendorong transformasi dalam layanan publik, tidak hanya di Singapura, tetapi juga di seluruh dunia," Tan menambahkan.
Sebagai acara unggulan GovInsider, FOI menggali teknologi, strategi, dan pendekatan yang mendorong inovasi sektor publik dan kesiapan digital serta mempertahankan perubahan positif yang berkelanjutan.
Acara yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 25 hingga 26 Maret ini diikuti oleh 2.220 delegasi yang terdaftar, yang mewakili 410 lembaga pemerintah dari 27 negara.
Berlangganan bulletin GovInsider di sini.
Tren dan peran pelayanan publik terus berkembang
Menteri Senior Tan menyoroti ambisi ASEAN untuk membangun ekonomi digital senilai US$1 triliun (setara Rp16.500 triliun) pada tahun 2030, dan menyerukan kolaborasi yang kuat karena pengeluaran global untuk teknologi pemerintahan juga diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam dekade berikutnya menjadi US$1,42 triliun (setara Rp23.500 triliun).
Karena itu, Tan menekankan pentingnya kreativitas, ketahanan, dan dorongan dari para pejabat publik untuk mendorong kemajuan lebih lanjut.
"Sebagai pejabat publik, kami memiliki tugas untuk tidak hanya mengikuti perubahan, tetapi juga memimpinnya. Baik itu kecerdasan buatan (AI) generatif, analisis data, atau otomatisasi proses robotik (RPA), semua ini adalah alat yang akan menentukan masa depan pemerintahan."
"Pertanyaannya bukan apakah kita harus mengadopsinya, tetapi seberapa baik kita dapat memanfaatkannya untuk melayani masyarakat dengan lebih baik," katanya.
Highlight dari FOI 2025 hari pertama
Dalam presentasinya, mantan Menteri Administrasi Publik, Transformasi Digital, dan Media Montenegro, Tamara Srzentić, berbagi wawasannya tentang mendorong transformasi pemerintah melalui krisis.
Srzentić menyoroti strategi dan praktik terbaik yang penting untuk memberdayakan tim pemerintah agar dapat menggunakan cara kerja digital dan melayani publik dengan lebih baik.
Ketika diminta untuk bergabung dengan pemerintahan baru di Montenegro, pada saat partai yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun berganti, Srzentić berbagi bahwa ia mampu menjadi “manusia pertama dan pemimpin politik kedua” karena pemerintahan baru yang dibentuk bukanlah kabinet politik, melainkan tetapi kabinet yang didominasi oleh ahli.
“Saya tidak perlu mengorbankan nilai-nilai saya dan malah memiliki kesempatan untuk menunjukkan kekuatan dan kepemimpinan yang berbeda dari yang biasa digunakan di Balkan yang otoriter,” ujarnya.
Di samping lokakarya yang diselenggarakan oleh para pakar industri swasta seperti Thoughtworks dan BeyondTrust, program konferensi ini dibagi menjadi dua jalur yang bersamaan, yaitu ‘Deepening Civil Servant Innovation’ dan ‘Transforming Public Services’.
Debut GovMesh di FOI
GovMesh, sebuah acara khusus undangan yang mempertemukan sekelompok pemerintah digital yang sedang berkembang, memulai debutnya pada FOI 2025.

GovMesh lahir dari gagasan bahwa dalam hal inovasi pemerintah, pemerintah digital merupakan bidang yang unik, di mana birokrasi yang gesit dan ramping memiliki peluang yang sama besarnya untuk menjadi yang terdepan dengan pemerintah digital yang paling inovatif di dunia.
Acara perdana GovMesh ini dihadiri oleh para pejabat senior dari lembaga-lembaga pemerintah digital di Bhutan, Azerbaijan, Korea Selatan, Jepang, Indonesia, Montenegro, Jerman, dan juga United Nations Project Office on Governance (UNPOG).
Format yang dinamis memungkinkan negara-negara untuk dapat saling berbagi, melengkapi dan memberikan saran berdasarkan keunggulan dan tantangan masing-masing.