Tiga cara Singapura wujudkan negara ramah lansia

Oleh Sol Gonzalez

Seiring Singapura memasuki fase penuaan populasi, negara ini mulai menerapkan praktik-praktik yang mengutamakan pelayanan di garis depan, baik di bidang kesehatan maupun di bidang-bidang lain.

Singapura terus meluncurkan strategi bidang kesehatan hingga infrastruktur guna menciptakan lingkungan yang lebih peduli bagi lansia. Foto: Canva.

Pada tahun 2030, satu dari empat orang di Singapura akan berusia 65 tahun ke atas. Hal ini membawa tantangan sekaligus peluang untuk membuat kota menjadi lebih mudah diakses, lebih ramah, dan lebih siap bagi warga untuk menua dengan baik di tempat tinggal mereka. 


Dalam beberapa tahun terakhir, Singapura telah meluncurkan versi terbaru dari Action Plan for Successful Ageing, termasuk anggaran sebesar S$3,5 miliar (Rp44 triliun) untuk mendukung inisiatif Age Well SG


Age Well SG adalah program nasional yang dipimpin oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pembangunan Nasional, dan Kementerian Transportasi, untuk membantu lansia menua secara aktif dan menerima perawatan yang layak di komunitas mereka. 


Meskipun layanan kesehatan tetap menjadi bidang inti yang perlu dipertimbangkan, infrastruktur fisik sama pentingnya untuk membangun lingkungan yang peduli bagi lansia. 


Berikut adalah beberapa strategi yang baru-baru ini diluncurkan Singapura untuk memenuhi kebutuhan lansia, baik untuk saat ini maupun di masa depan. 

1. Memberikan kendali kepada masyarakat 


Jika suatu saat Anda kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, apa yang akan terjadi? 


Perencanaan perawatan kesehatan sejak dini atau Advance Care Planning (ACP) adalah proses yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan ini – memungkinkan orang mempersiapkan dan merencanakan perawatan pribadi dan kesehatan mereka untuk masa depan. 


Proses ini mencakup pendokumentasian keyakinan, nilai, dan preferensi perawatan Anda, untuk membimbing tim kesehatan dan orang terkasih agar bertindak sesuai keinginan Anda di masa depan. 


Untuk memfasilitasi akses ke ACP yang berkualitas, aplikasi layanan publik Singapura LifeSG meluncurkan myACP, sebuah alat digital gratis untuk warga Singapura. Alat ini dikembangkan oleh Agency for Integrated Care (AIC) dan GovTech Singapura. 


Orang berusia di atas 21 tahun yang tidak memiliki penyakit serius dan masih memiliki kapasitas untuk membuat keputusan sendiri dapat mengakses situs web ini dan mengisi preferensi mereka tentang bagaimana mereka ingin dirawat. 


Meskipun perencanaan untuk akhir hayat merupakan bagian dari proses ini, ACP bersifat lebih luas. ACP mengajak individu untuk memikirkan praktik perawatan yang paling selaras dengan nilai mereka, termasuk keputusan untuk menolak pengobatan di akhir hayat atau dalam situasi perawatan lainnya. 


Proses ini pada akhirnya dapat membantu mengurangi konflik pengambilan keputusan dalam prosedur medis. 


Alat seperti myACP membuka ruang untuk percakapan tentang perencanaan perawatan di masa depan, membantu menghilangkan stigma pada topik ini, dan membuat prosesnya lebih mudah diakses publik. 


Di Singapura, individu dengan penyakit serius (seperti kanker, demensia, atau gagal jantung) dapat menyelesaikan myACP dengan bantuan tim medis mereka atau fasilitator ACP. 


Berlangganan bulletin GovInsider di sini 

2. Mengeksplorasi alternatif rawat inap di rumah sakit 


Permintaan akan perawatan dan ruang tempat tidur di rumah sakit diperkirakan akan meningkat seiring dengan cepatnya pertumbuhan populasi lansia.


Karena membangun lebih banyak rumah sakit bukanlah solusi yang berkelanjutan, Singapura mengeksplorasi alternatif terkait rawat inap di rumah sakit. 


Mobile Inpatient Care@Home (MIC@Home) adalah salah satu strateginya. Ini mencakup layanan perawatan rumah sakit di rumah pasien, termasuk kunjungan dokter dan perawat serta prosedur rutin seperti terapi atau pemeriksaan medis. 


Program ini membebaskan ruang bagi kasus yang lebih serius yang memang membutuhkan perawatan inap di rumah sakit, sekaligus menjadi alternatif bagi pasien yang lebih rentan terhadap komplikasi yang didapat dari rumah sakit. 


Inisiatif ini didukung oleh Kantor Kementerian Kesehatan untuk Transformasi Kesehatan (MOHT). 


Karena MIC@Home adalah layanan reguler rumah sakit umum, pasien berhak mendapatkan dukungan finansial yang sama seperti rawat inap fisik di rumah sakit. 


Yang membedakan MIC@Home dari layanan perawatan di rumah lainnya adalah bahwa MIC@Home benar-benar menjadi pengganti perawatan inap di rumah sakit. Layanan ini tidak terbatas pada perawatan transisi atau pasca-rawat inap yang diberikan oleh program Hospital-to-Home, atau perawatan paliatif yang diberikan oleh rumah sakit di rumah pasien(home hospices). 


Untuk memenuhi syarat MIC@Home, pasien harus secara klinis stabil dan tidak memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan tim medis secara virtual melalui ponsel atau panggilan video, serta dapat mengelola obat mereka sendiri atau dengan bantuan pengasuh. 

3. Membangun infrastruktur yang lebih inklusif 


Perawatan lansia tidak terbatas pada layanan kesehatan, karena menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk mendorong orang menua dengan dengan memperhatikan aspek penghargaan terhadap mereka telah menjadi salah satu prioritas pemerintah Singapura. 


Salah satu program untuk mendukung mobilitas dan keselamatan di rumah adalah Enhancement for Active Seniors (EASE) yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Perumahan Singapura (HDB). 


Program ini memberikan subsidi untuk perlengkapan di rumah guna meningkatkan mobilitas, aksesibilitas, dan keselamatan, mulai dari pegangan tangan (grab bars), pegangan di tangga, kursi mandi lipat yang dipasang di dinding, hingga pelebaran pintu masuk. 


Rumah tangga yang memenuhi syarat untuk EASE adalah mereka yang memiliki anggota keluarga berusia 65 tahun atau lebih, atau berusia antara 60 hingga 64 tahun yang membutuhkan bantuan untuk aktivitas sehari-hari.  


EASE adalah salah satu program yang selaras dengan inisiatif “ageing in place” yang terus digulirkan pemerintah untuk mendukung kemampuan lansia tinggal di rumah dan komunitas mereka secara nyaman dan mandiri. 


Tahun lalu, AIC dan SMRT Corporation menandatangani nota kesepahaman untuk memperluas inisiatif menjadikan transportasi umum Singapura lebih ramah demensia. Ini termasuk titik layanan demensia (dementia go-to points/GTP) di stasiun kereta, di mana masyarakat dapat membawa orang yang tampak tersesat untuk mendapatkan bantuan.


Desain infrastruktur seperti akses ram, pintu masuk yang lebar, dan GTP hanyalah beberapa contoh yang membantu meningkatkan inklusi dan menunjukkan kepedulian, tidak hanya untuk lansia, tetapi juga untuk masyarakat umum.