Indonesia luncurkan satelit SATRIA-1 untuk atasi ketimpangan digital

By Mochamad Azhar

Roket Falcon 9 mengantarkan satelit terbaru Indonesia, SATRIA-1 ke angkasa pada 18 Juni 2023 waktu Amerika Serikat. Setelah menempati orbit, SATRIA-1 akan bertugas menyediakan akses internet publik di tempat-tempat terpencil. Apa saja yang perlu kita ketahui dari peluncuran satelit dengan kapasitas terbesar di Asia?

Satelit terbaru Indonesia, SATRIA-1, diluncurkan oleh roket SpaceX di Florida, Amerika Serikat. SATRIA-1 akan menyediakan akses internet di 150 ribu titik pelayanan publik yang belum terkoneksi. Sumber: SpaceX

SATRIA-1 adalah satelit multifungsi yang diperuntukkan bagi penyediaan layanan internet bagi sektor publik seperti lembaga pemerintah, sekolah hingga fasilitas kesehatan. Satelit akan beroperasi selama 15 tahun dengan skema kerja sama pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo dengan badan usaha swasta, PT Satelit Nusantara Tiga (SNT). 


“SATRIA-1 adalah langkah untuk memeratakan hasil pembangunan dan memberikan inklusivitas digital dengan penyediaan internet di titik layanan publik di seluruh penjuru negeri,” ujar Pelaksana Tugas Menteri Komunikasi dan Informatika Mahfud MD pada konferensi pers di Kementerian Kominfo di Jakarta, Selasa (13/06).


Menurut Menteri Mahfud, SATRIA-1 merupakan proyek strategis nasional di bidang infrastruktur informasi dan telekomunikasi dengan tujuan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). "Masyarakat yang selama ini belum menikmati internet bisa menggunakan layanan ini secara bertahap mulai Januari 2024," dia menambahkan.


SATRIA-1 mengisi titik-titik blank spot

Menurut data Kementerian Kominfo, terdapat 500 ribu titik layanan publik yang tersebar di seluruh kepulauan di mana 350 ribu di antaranya telah mendapatkan akses internet dari layanan fixed broadband maupun mobile broadband. Sementara itu, 150 ribu lainnya belum terkoneksi internet dengan mayoritas lokasi berada di area 3T.


"SATRIA-1 akan menjadi menjawab kebutuhan internet di titik-titik fasilitas pelayanan publik yang selama ini mengalami blank spot," ungkap Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo.


150 ribu titik layanan publik yang akan mendapatkan akses internet adalah 93.900 sekolah, 47.900 kantor desa dan kelurahan, 3.900 kantor TNI dan Polri, serta 3.700 fasilitas kesehatan desa. “Koneksi internet akan langsung disebar ke titik-titik tersebut dalam bentuk WiFi publik secara gratis," dia menambahkan.


Ismail mengatakan, SATRIA-1 memungkinkan pemerintah mengatasi ketimpangan digital yang terjadi di daerah pelosok. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 215 juta jiwa (78%), masih ada 60 juta jiwa (22%) belum mendapatkan akses internet.


Satelit mampu menjangkau daerah yang tidak terjangkau infrastruktur backbone seperti kabel optik atau BTS selular. Dari 17 ribu pulau yang ada, terdapat daerah-daerah yang sangat pelosok dengan populasi hanya sedikit dan tidak mungkin berinvestasi besar di situ.


“Yang terpenting bagi kami adalah coverage layanan. SATRIA-1 menjadi infrastruktur digital yang melengkapi layanan yang telah eksis,” ujar Ismail.


SATRIA-1 merupakan very high throughput satellite yang memiliki total kapasitas transmisi 150 miliar bit per detik (GBPS), menjadikannya sebagai satelit berkapasitas terbesar di Asia dan nomor lima terbesar di dunia.


“Dengan kapasitas besar, SATRIA-1 akan menjangkau daerah terpencil atau terisolasi secara lebih efisien dan lebih cepat dibandingkan teknologi terestrial,” tutur Arief Tri Hardiyanto, Pelaksana Tugas Direktur Utama BAKTI Kementerian Kominfo.


Arief berharap, proyek satelit senilai US$ 540 juta atau setara Rp 7,7 triliun akan mengatasi hambatan konektivitas yang selama ini terjadi dalam proses digitalisasi pelayanan publik, bahkan membuatnya jadi lebih baik.


Program-program strategis pemerintah seperti perawatan kesehatan jarak jauh (telemedicine), integrasi data rekam medis elektronik, dan interoperabilitas data pemerintahan akan semakin optimal ditunjang akses internet yang merata di seluruh kepulauan.


“SATRIA-1 juga bisa mendukung pengusaha kecil dan menengah serta pengusaha ultra mikro untuk go digital sehingga meningkatkan skala ekonomi komunitas,” kata dia.


Harapan dari komunitas

Sejumlah pejabat pemerintahan daerah yang tampil secara online mengungkapkan harapannya terhadap peluncuran satelit SATRIA-1. 


Penjabat Wali Kota Jayapura, Papua, Frans Pekey mengatakan, seluruh komunitas di Jayapura mengapresiasi peluncuran satelit SATRIA-1 karena akses internet akan mempercepat proses adopsi teknologi di Papua.


“Ini adalah pengalaman bersejarah karena rakyat Papua yang tinggal di pedalaman, pegunungan, dan di sekitar rawa bisa mengakses internet dari kantor desa,” kata Frans.


Asisten 1 Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Tengku Arif Fadillah mengemukakan bagaimana manfaat satelit SATRIA-1 terhadap proses transformasi digital di wilayahnya. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 2.400 pulau dimana sebagian besarnya belum dialiri internet, termasuk di kepulauan terluar seperti Pulau Natuna dan Anambas.


“Dengan adanya satelit SATRIA-1, kami berharap para pelajar yang tinggal di seluruh pulau bisa mendapatkan pengetahuan dari internet di sekolah. Nelayan juga bisa memperoleh informasi terkini tentang kondisi cuaca lewat internet,” ungkap dia.


Setelah diantarkan roket SpaceX, SATRIA-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari peluncurnya hingga tiba di posisi orbit 146 bujur timur. Di posisi orbit tersebut, satelit akan menjalani serangkaian tes untuk memastikan kinerja satelit yang optimal.


“Di minggu keempat Desember 2023, SATRIA-1 akan siap beroperasi, terhubung dengan stasiun bumi lalu mengalirkan akses internet ke fasilitas-fasilitas layanan publik,” jelas Adi Rahman, Presiden Direktur PT Satelit Nusantara Tiga, perusahaan satelit swasta yang bekerja sama dengan pemerintah.


Sebelas stasiun bumi telah dibangun di beberapa lokasi strategis di Indonesia, yakni di Cikarang (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Tarakan (Kalimantan Utara), Pontianak (Kalimantan Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur, Ambon (Maluku), Manado (Sulawesi Utara), Manokwari (Papua Barat), serta Timika dan Jayapura (Papua).