Mengatasi tantangan pemerataan akses dan kecepatan internet di Indonesia
Oleh Yuniar A.
Pemerintah dan industri menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas internet dan memeratakan akses internet pada acara Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI CX) beberapa waktu lalu.
Sejumlah panelis sektor publik dan swasta membahas tantangan dalam menyediakan akses internet cepat dan terjangkau di Indonesia pada acara Digital Transformation Conference and Expo 2024. Foto Adhouse Clarion Events
Pada diskusi panel berjudul “Emerging Telco Trends: Shaping the Future of Indonesian Connectivity”, para pemangku sektor telekomunikasi dari pemerintah dan swasta menjelaskan lebih lanjut tantangan-tantangan yang dihadapi dan apa cara-cara yang mungkin bisa diambil demi menyediakan akses internet cepat dan terjangkau untuk masyarakat.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif menyoroti kondisi geografis Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan menyebabkan pembangunan infrastruktur digital kurang merata, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.
Berdasarkan survei APJII, tingkat penetrasi internet di Pulau Jawa mencapai 90 persen, sementara di Maluku, Papua atau Sulawesi masih di bawah 70 persen. Sebanyak 600 ISP dari total 1.100 ISP berada di Pulau Jawa.
“Bagi industri, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan layanan di Indonesia bagian timur bisa mencapai empat kali lipat dibanding di Pulau Jawa,” katanya.
Turut berbicara pada acara itu Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto (menyampaikan keynote), Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno, CEO Inspire-Tech Sharon Teo, dan Executive Vice President Digital Business and Tech Telkom Indonesia Komang Budi Aryasa.
Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.
Pemerataan akses internet butuh dukungan pemerintah
Arif menambahkan, insentif dari pemerintah dibutuhkan untuk meningkatkan penetrasi internet di wilayah yang berpopulasi lebih sedikit, termasuk di daerah terpencil atau daerah pelosok. Dari segi harga, layanan internet Indonesia sudah paling murah se-ASEAN. Tanpa adanya insentif atau regulasi baru, maka bisnis ini tidak sustainable, katanya.
Teo dari Inspire-Tech mengusulkan kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk menyediakan akses internet dengan skema layanan berbasis komunitas di daerah pedesaan atau area terpencil, seperti yang dilakukan di negara seperti Kamboja. Upaya ini bisa menjadi jalan tengah untuk mengatasi dilema antara akses yang tidak merata dengan mahalnya biaya internet.
Wayan dari Kementerian Kominfo menjelaskan tantangan-tantangan pemerataan akses internet harus diatasi secara bersama-sama oleh pemerintah dan industri. Karena itu, Kementerian Kominfo terus mendorong pembangunan proyek-proyek infrastruktur digital nasional untuk meningkatkan konektivitas dan menghadirkan jaringan internet yang merata kepada masyarakat.
Ia menambahkan sejumlah tantangan lain yang juga harus dihadapi oleh pemerintah dan swasta, di antaranya meningkatkan jumlah talenta digital. Lewat program Digital Talent Scholarship, pemerintah telah mencetak lebih dari 563.000 talenta digital sejak tahun 2019. Pemerintah juga terus meningkatkan literasi digital lewat edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
“Terakhir, untuk menjamin keamanan data, pemerintah telah bekerja sama dengan Polri dan TNI membentuk unit khusus kejahatan siber yang bertugas untuk menangkal dan melakukan penegakan hukum atas kejahatan siber,” katanya.
Menkominfo gandeng industri untuk internet cepat
Dengan jumlah pengguna internet mencapai 220 juta orang, atau yang terbesar di ASEAN, kecepatan Internet di Indonesia hanya sebesar 29 Mbps (mobile broadband) dan berada di peringkat sembilan dari 11 negara ASEAN. Sebagai perbandingan, Singapura dan Thailand memiliki kecepatan di atas 100 Mbps.
Sebelumnya, saat membuka acara DTI CX, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi mengajak ekosistem industri untuk memperkuat kolaborasi dalam hal transformasi digital. Ia menjanjikan kemudahan bagi industri telekomunikasi agar masyarakat bisa menikmati dan mendapat manfaat dari internet cepat.
“Saya selalu bilang kepada Pak Ismail (Dirjen SDPPI Kominfo) dan Pak Wayan (Dirjen PPI Kominfo) untuk membuat kebijakan yang memudahkan teman-teman industri telekomunikasi untuk berinvestasi lebih besar pada bandwidth," katanya.
Sarwono dari Mastel optimistis bahwa bisnis jasa internet di Indonesia masih punya banyak ruang untuk peningkatan dari sisi kecepatan Internet, terutama dengan hadirnya teknologi jaringan generasi selanjutnya.
“Para pemain lokal harus belajar dari ISP global yang telah mampu menghadirkan layanan internet dengan kecepatan di atas 100 Mbps.”
Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.
Tiga langkah akselerasi transformasi digital
Komang dari Telkom mengatakan setidaknya ada tiga langkah strategis yang dilakukan perusahaan telekomunikasi negara untuk mendorong percepatan transformasi digital. yang mencakup konektivitas digital, platform digital, dan layanan digital.
“Untuk konektivitas digital, empat bulan lalu kami telah meluncurkan satelit baru yang bisa menjangkau lebih banyak area,” katanya.
Selain itu, Telkom juga memasang lebih banyak fiber optik yang dikombinasikan dengan BTS seluler, serta membangun ring fiber optik untuk pemulihan jika terjadi gangguan. Dalam hal platform digital, Telkom membangun pusat data baru di Cikarang, Jawa Barat. Telkom juga mengembangkan platform keamanan siber digital serta IoT untuk para pihak yang ingin berkolaborasi.
Dalam layanan digital, Telkom mengakuisisi 100 startup lokal dan melibatkan mereka dalam program inkubasi digital dengan harapan startup lokal bisa memberikan layanan yang lebih baik lagi bagi para pelanggan.