Singapura jadi yang pertama di Asia terapkan "Agentic AI"

Oleh Si Ying Thian

GovTech Singapura, Badan Keamanan Siber (CSA), dan IMDA tengah menjajaki pembentukan sandbox AI agents untuk menguji dan menyempurnakan solusi agentic bagi sektor publik.

Sejumlah lembaga pemerintah Singapura akan mengimplementasikan solusi agentic AI pada model GPT Google, Gemini, di Google Distributed Cloud (GDC) yang terisolasi. Foto: Canva

Beberapa tahun lalu, ketika para peneliti membicarakan agentic AI (agen AI) – sistem yang bisa mengambil keputusan secara mandiri – hal itu terasa seperti adegan dalam drama fiksi ilmiah. 

 

Kecerdasan buatan (AI) dan AI generatif (GenAI) selama ini lebih banyak digunakan sebagai alat yang reaktif. Namun, paradigma tersebut kini bergeser, dengan pemerintah Singapura mengambil langkah konkret untuk tetap berada di garis depan perkembangan agen AI. 

 

Dalam konteks ini, pemerintah mengumumkan kemitraan teknologi baru untuk mengimplementasikan agen AI di sektor publik. 

 

Lembaga publik Singapura, termasuk GovTech Singapore, Home Team Science & Technology Agency (HTX), dan Centre for Strategic Infocomm Technologies (CSIT), akan dapat mengakses model GPT milik Google, Gemini, melalui Google Distributed Cloud (GDC) yang terisolasi (air-gapped). 

 

Kemitraan baru ini memungkinkan pejabat publik mengembangkan dan menerapkan agen AI sekaligus menjaga agar data sensitif tetap berada di pusat data lokal yang sepenuhnya terputus dari internet publik. 

 

Dalam pernyataan resminya, Google mengatakan bahwa pemerintah Singapura akan menjadi “yang pertama di Asia, dan di antara yang pertama di dunia” melakukan hal tersebut. 

Apa yang diumumkan?  

 

Pada 28 Agustus, GovTech Singapura juga mengumumkan ketersediaan Google Agentspace – platform Google Cloud untuk membangun, menerapkan, dan mengelola agen AI – bagi pejabat publik tertentu.

 

Mereka bisa memanfaatkan agentspace untuk dengan cepat menemukan informasi lintas aplikasi kerja, mengotomatisasi tugas kompleks menggunakan agen AI bawaan Google, atau membangun agen mereka sendiri. 

 

Administrator IT akan mengontrol akses dan memastikan seluruh aktivitas sesuai dengan kebijakan keamanan data. 

 

GovTech, Badan Keamanan Siber (CSA), dan Infocomm Media Development Authority (IMDA) juga sedang menjajaki peluncuran sandbox agen AI untuk menguji serta menyempurnakan solusi teknologi ini bagi sektor publik. 

 

Seluruh lembaga di bawah Kementerian Informasi dan Pengembangan Digital (MDDI) akan mendapatkan akses awal ke Project Mariner milik Google, yaitu kemampuan komputasi berbasis Gemini API – sebuah alat agen AI yang bisa bernalar, merencanakan, dan bertindak mewakili pengguna. 

 

Berlangganan bulletin GovInsider di sini 

 

“Lembaga pemerintah akan punya kesempatan untuk menguji dan mengevaluasi kapabilitas agentic terbaru, menilai risikonya, mengembangkan langkah mitigasi, dan berbagi pembelajaran dengan komunitas praktisi AI yang lebih luas di Singapura,” ujar Menteri Digital Josephine Teo dalam acara tersebut. 

 

Ketiga lembaga publik tersebut bersama Google akan mengevaluasi dan menyempurnakan solusi agentic, serta bersama-sama mengeluarkan rekomendasi terkait penggunaan agen AI di Singapura.  

GovTech juga mengumumkan kapabilitas AI baru di platform Government on Commercial Cloud (GCC). 

 

Lembaga publik kini dapat membangun aplikasi AI yang aman dengan menggunakan Gemini 2.5 Flash dan Vertex AI Search. 

 

Vertex AI adalah platform yang memungkinkan pengguna menguji dan membandingkan berbagai model industri maupun open-source tanpa perlu merombak aplikasi yang sudah ada. 

Mengapa inisiatif ini penting? 

 

Kemitraan ini melanjutkan upaya agen AI oleh lembaga lain, misalnya kolaborasi lembaga nasional bidang kesehatan digital Synapxe dengan OpenAI untuk meningkatkan aplikasi Health Hub.

 

Menteri Teo juga menyoroti potensi agen AI dalam meningkatkan produktivitas dan pengalaman pengguna layanan publik.

 

Bagi dunia usaha, ini berarti proses pengurusan izin akan lebih sederhana. Alih-alih harus menghubungi banyak lembaga dan menelusuri berbagai situs web, sebuah agen AI dapat berfungsi sebagai titik kontak tunggal, membantu memahami proses hingga menjadwalkan langkah berikutnya.

 

Dalam layanan sosial, agen AI dapat membantu individu menemukan program dukungan yang tepat dan menyelesaikan administrasi. Hal ini memungkinkan pekerja sosial lebih sedikit menghabiskan waktu untuk dokumen, dan lebih fokus pada pekerjaan berdampak besar seperti konseling dan membangun relasi.

  

Singapura juga menggunakan pendekatan sandbox untuk menguji dan mengembangkan teknologi baru secara aman.

 

“Seperti halnya semua teknologi baru, pemerintah percaya kita harus terlebih dahulu memahami bagaimana teknologi itu bekerja dan mengapa kesalahan bisa terjadi,” jelas Menteri Teo, seraya menekankan pentingnya mengantisipasi konsekuensi yang tidak diinginkan, sekaligus membangun tata kelola, pengawasan manusia, dan akuntabilitas yang jelas. 

 

Ia menegaskan peran “aktif” MDDI dalam memberikan rambu-rambu bagi pejabat publik maupun warga agar dapat menggunakan agen AI secara aman dan bertanggung jawab.  

 

Sekitar 50.000 pejabat publik di Singapura saat ini sudah menggunakan Pair, chatbot AI pemerintah, untuk membangun bot mereka sendiri dan memanfaatkan AI guna meningkatkan produktivitas, penulisan, dan riset, tambahnya.

 

Hingga kini, sekitar 18.000 bot telah dibuat untuk keperluan seperti respons pertanyaan, analisis data, dan kajian kebijakan.