Danantara dan transformasi BUMN menuju Indonesia Emas 2045 

By Mochamad Azhar

Melalui kombinasi struktur ganda, orientasi digital, dan pendekatan kolaboratif, Danantara mengambil posisi strategis dalam memimpin transformasi BUMN untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. 

Danantara adalah badan pengelola investasi baru Indonesia yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan mengelola aset-aset BUMN untuk kemakmuran rakyat. Foto: Sekretariat Kepresidenan Republik Indonesia

Indonesia tengah menapaki jalur transformasi yang ambisius menuju tahun 2045, bertepatan dengan satu abad kemerdekaan. Dalam visi besar Indonesia Emas 2045, pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi negara maju dengan perekonomian yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis inovasi.  

 

Managing Director Finance & Holding Investment Danantara, Djamal Attamimi, mengatakan Danantara merupakan aktor kunci dalam pengelolaan investasi strategis negara, penggerak pembangunan nasional jangka panjang dan merealisasikan tujuan Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045.  

 

“Danantara ingin memposisikan Indonesia sebagai global economic powerhouse dengan tujuan membawa kemakmuran bagi rakyat,” ujar Djamal saat menyampaikan Government Keynote di acara "SAP Innovation Day for SOEs: Ushering Golden Indonesia 2045", di Jakarta beberapa waktu lalu. 

 

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) – sovereign wealth fund (SWF) baru Indonesia – dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto pada Februari 2025 diberikan mandat untuk mengelola aset-aset BUMN terbesar di Indonesia yang mencapai Rp14.600 triliun atau setara US$980 miliar. 

 

Ini meliputi BUMN seperti Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, Telkom, Pertamina, PLN, dan MIND ID, yang total asetnya secara keseluruhan setara 71,48 persen dari PDB tahunan Indonesia (Rp20.000 triliun atau setara US$1,37 triliun). 

 

“Kami mengemban tanggung jawab lebih dari sekadar fund manager, tetapi juga bagaimana kita memobilisasi permodalan, mengelola BUMN, dan memberikan dampak untuk bangsa kita,” dia menambahkan. 

 

Berlangganan bulletin GovInsider di sini

Struktur ganda Danantara 

 

Menurut Djamal, Danantara mengadopsi struktur ganda yang membedakannya dari lembaga keuangan negara konvensional. Struktur ini terdiri dari Operation Holding dan Investment Holding dengan mandat yang saling melengkapi.

 
Managing Director Finance & Holding Investment, Danantara, Djamal Attamimi menjelaskan bahwa Danantara ingin menjadikan Indonesia sebagai global economic powerhouse. Foto: Danantara

Operation Holding fokus pada konsolidasi dan peningkatan kinerja BUMN agar lebih efisien dan berdaya saing global. Dengan tata kelola yang kuat dan transformasi bisnis yang terarah, entitas ini ditugaskan untuk melahirkan lebih banyak perusahaan kelas dunia dari Indonesia, mendorong dividen yang tinggi, dan memperkuat posisi BUMN dalam ekosistem global. 

 

“Tujuan kami adalah mencetak lebih banyak lagi BUMN yang berada di jajaran Fortune Top 500 Global Companies.” 

 

Investment Holding, di sisi lain, menjalankan peran strategis untuk melakukan investasi jangka panjang di sektor prioritas. Pendekatan ini tidak hanya menargetkan return on investment, tetapi juga return on national development dan return on social capital.

 

“Sinergi antara kedua struktur ini menciptakan siklus yang berkelanjutan: dividen dari BUMN yang sudah ditransformasi digunakan sebagai blok modal untuk investasi strategis di sektor ekonomi masa depan,” katanya.  

 

Blok modal ini juga dapat diaktifkan oleh Danantara sebagai katalis untuk proyek-proyek baru, khususnya sektor-sektor yang masih kurang dilirik karena risiko tinggi atau keterbatasan awal infrastruktur. 

 

Danantara hadir sebagai pemicu (crowding in) dengan harapan membuka ruang bagi investor swasta dan asing untuk bergabung, ia menambahkan.  

Teknologi digital sebagai fondasi transformasi  

 

Djamal juga menyoroti strategi Danantara dalam hal adopsi teknologi yang dilihat “bukan hanya sekadar alat bantu”, melainkan “fondasi utama dari seluruh proses transformasi” untuk meningkatkan efisiensi, proses bisnis, memberikan dampak.

 

Prioritas investasi Danantara akan diarahkan ke sektor-sektor yang mendorong transformasi digital nasional, termasuk infrastruktur telekomunikasi, kawasan industri pintar, platform layanan publik digital, hingga teknologi hijau dan energi terbarukan.  

 

"Investasi ini tidak hanya bersifat finansial – melainkan merupakan alat strategis untuk memastikan BUMN kita selaras dengan peta jalan digital Indonesia, dan dapat bersaing dengan percaya diri di kancah global," ujarnya. 

 

Danantara juga akan membuka peluang investasi lintas batas untuk memperoleh akses terhadap teknologi yang belum tersedia secara lokal.  

 

"Dari apa yang telah kita pelajari 30-40 tahun terakhir, kepemilikan teknologi adalah kunci ... Kadang kita harus melihat apa yang ada di luar negara kita dan membawanya ke sini untuk menciptakan manfaat bagi kita semua,” kata Djamal. 

Kolaborasi menuju Indonesia Emas 2045 

 

Djamal menekankan bahwa seluruh upaya yang dilakukan oleh Danantara untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045 hanya akan berhasil jika dilakukan secara kolaboratif, dengan semangat kebersamaan, dan sense of purpose di antara pimpinan negara.

  

“Tujuan-tujuan ini membutuhkan kepemimpinan visioner, keberanian dalam mengambil keputusan, serta kolaborasi antara swasta dan pemerintah.

  

Di samping itu, sebagai katalis transformasi ekonomi berskala nasional, Danantara memerlukan kapasitas kelembagaan yang kuat. Untuk itu, Danantara diisi oleh tim yang terdiri dari pimpinan-pimpinan lembaga pemerintah dan profesional berpengalaman baik dari sejumlah BUMN besar maupun dari institusi internasional seperti McKinsey, IFC, dan Goldman Sachs.  

 

Struktur organisasi Danantara juga dirancang dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) dan pengambilan keputusan berbasis data. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap keputusan investasi dilandasi tata kelola yang transparan, mitigasi risiko yang ketat, dan akuntabilitas publik yang tinggi.