Fidan Safira, Senior Researcher, Jakarta Smart City

By Mochamad Azhar

Mengenal srikandi Women in GovTech 2025.

Fidan Safira, Senior Researcher, Jakarta Smart City, membagikan pengalamannya. Foto: Jakarta Smart City.

1. Bagaimana cara Anda memastikan bahwa teknologi dan kebijakan benar-benar inklusif? 


Saya meyakini inklusivitas dimulai dari "mendengar dan memahami", dan inilah peran krusial saya sebagai peneliti. Setiap kebijakan dan teknologi yang kami rancang selalu didasari oleh user insight yang diperoleh melalui berbagai metode untuk menangkap pengalaman nyata masyarakat sebagai end-user.


Bagi saya, inklusivitas tidak hanya tentang menciptakan sistem yang efisien, tetapi juga memastikan bahwa setiap produk dan kebijakan yang dihasilkan benar-benar relevan, mudah diakses, serta mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 

2. Dalam perjalanan karier Anda, ceritakan momen yang pernah Anda alami ketika teknologi atau kebijakan berhasil mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik? 


Salah satu momen paling berkesan bagi saya adalah ketika kami, tim Jakarta Smart City, mengembangkan super app JAKI sebagai kanal utama pemerintah selama pandemi Covid-19. Dalam situasi krisis, kami berpacu menghadirkan layanan yang memudahkan warga, mulai dari pendaftaran vaksinasi, pengecekan mandiri Covid-19, hingga dashboard wilayah berbasis data real-time.  


JAKI mengedepankan Privacy-Preserving by Design & Default dalam mengelola pengaduan warga. Melalui kolaborasi lintas instansi dan kerja kolektif, JAKI berhasil bertransformasi sebagai aplikasi yang aman dan dibutuhkan warga.


Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa teknologi bukan sekadar alat digital, melainkan instrumen kebijakan yang – bila dibangun dengan empati dan kolaborasi – mampu memperkuat kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat di masa krisis. 

3. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini dari projek-projek Anda? 


Tahun ini menjadi tahun yang luar biasa karena praktik baik yang dilakukan Jakarta melalui JAKI mulai diadopsi oleh daerah lain, seperti Provinsi Lampung dan Kabupaten Karawang, menjadikannya langkah penting dalam mendorong praktik transformasi digital di tingkat daerah.  


Melalui proses pendampingan dan kajian bersama, kami membantu pemerintah daerah memahami bagaimana membangun layanan publik digital yang terintegrasi, berbasis data, dan berorientasi pada kebutuhan warga. Fokusnya bukan hanya pada aspek teknis pengembangan aplikasi, tetapi juga pada governance, pengelolaan umpan balik warga, serta strategi komunikasi publik agar layanan digital benar-benar digunakan dan dipercaya masyarakat. 


Proyek lainnya adalah pelibatan generasi muda dalam menyampaikan gagasannya atas menyelesaikan permasalahan kota melalui Living Lab Student Challenge, yang merupakan bagian dari ekosistem Living Lab di Jakarta Smart City.  


Program ini berfungsi sebagai wadah eksperimen, pembelajaran, dan kolaborasi antara warga, akademisi, industri, serta pembuat kebijakan untuk bersama-sama memahami kebutuhan masyarakat dan mencari solusi atas tantangan perkotaan.  


Dari kegiatan ini, sepuluh gagasan mahasiswa terbaik berhasil terkurasi, dan tiga di antaranya dipilih untuk diimplementasikan sebagai bentuk nyata kontribusi generasi muda dalam inovasi kota. 

4. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini dari projek-projek Anda? 


“Transformasi digital bukan soal teknologi, tapi soal perubahan perilaku dan budaya kerja.”


Membangun sistem digital dapat dilakukan dengan cepat, namun membangun kepercayaan, kapasitas, dan rasa memiliki dari seluruh pemangku kepentingan memerlukan waktu serta pendekatan yang sistematis.  


Saya menyadari bahwa pengembangan sistem digital bukanlah tentang siapa yang paling canggih, mahal, atau berbeda, melainkan tentang seberapa besar sistem tersebut mampu memudahkan dan menjawab kebutuhan end-user.


Saya juga belajar bahwa kolaborasi lintas disiplin menjadi kunci penting untuk mewujudkan solusi yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat. 

5. Bagaimana AI dapat meningkatkan layanan pemerintah menjadi lebih inklusif dan dapat dipercaya? 


AI memiliki potensi besar untuk mendorong pemerintahan yang lebih responsif, inklusif, dan berbasis data. AI dapat membantu pemerintah mengidentifikasi pola kebutuhan masyarakat, memperkirakan potensi masalah publik lebih dini, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih tepat sasaran. Namun, penggunaan AI harus sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, etika, dan perlindungan data pribadi.

6. Bagaimana Anda mempersiapkan diri menghadapi gelombang perubahan? Keterampilan, pendekatan, atau teknologi baru apa yang paling Anda nantikan tahun depan? 


Persiapan diri saya sederhana, selalu menempatkan diri sebagai pembelajar tanpa batas dan membangun jejaring profesional yang lebih luas.


Saya menantikan perkembangan teknologi yang mendukung personalized public services, di mana layanan publik bisa adaptif terhadap kebutuhan individu warga dengan tetap mengedepankan privasi.

7. Apa saran yang ingin Anda berikan kepada para inovator yang ingin membangun karir di bidang layanan publik? 


Jangan takut memulai dari hal kecil, karena inovasi di pemerintahan sering dimulai dari perubahan sederhana. Bangun rasa ingin tahu yang tinggi terhadap permasalahan publik, latih empati, selalu gunakan data sebagai dasar keputusan, latihan advokasi, dan lakukan dari hati!

8. Siapa yang menjadi inspirasi Anda dalam mengembangkan layanan publik yang inklusif dan tepercaya? 


Inspirasi terbesar saya datang dari warga sendiri. Setiap masukan, kritik, dan cerita mereka menjadi pengingat bahwa teknologi tidak boleh kehilangan sisi manusianya.


Saya juga terinspirasi oleh adanya kesenjangan dan permasalahan yang terjadi. Justru dari situ saya terdorong untuk menghadirkan inovasi yang tidak hanya menyelesaikan masalah secara teknis, namun agar layanan publik benar-benar inklusif, relevan, dan berkelanjutan. 

9. Apabila Lembaga Anda mempunyai anggaran tak terbatas, apa proyek impian yang ingin Anda kerjakan? 


Membangun teknologi yang tidak hanya mempermudah layanan publik, tetapi juga menjamin keamanan, kesetaraan, dan keberpihakan bagi seluruh warga, khususnya perempuan dan kelompok marginal.


Teknologi semestinya menjadi alat untuk memperkuat keadilan sosial, bukan sekadar efisiensi administratif. Platform digital yang dibangun harus membuka ruang dialog dua arah melalui mekanisme partisipasi warga, co-design layanan, dan kanal umpan balik yang nyata serta mudah diakses.


Dengan pendekatan ini, pemerintahan digital tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga tangguh secara sosial, mewujudkan tata kelola yang adaptif, partisipatif, dan tepercaya bagi semua lapisan masyarakat. 

10. Apa yang menarik perhatian Anda di luar sektor teknologi? 


Literasi masyarakat. Di era digital, literasi menjadi faktor penentu seberapa cepat dan luas adopsi teknologi. Kecakapan masyarakat dalam memahami dan menggunakan teknologi menjadi tonggak utama bagi partisipasi aktif mereka dalam pemerintahan dan proses kebijakan. Literasi digital harus ditempatkan sebagai fondasi sebelum berbicara tentang teknologi maupun kebijakan.