Indri Rooslamiati, Kepala Balai Besar Binomika, Kemenkes

By Mochamad Azhar

Temui srikandi Women in GovTech 2025.

Indri Rooslamiati, Kepala Balai Besar Binomika, Kemenkes, berbagi pengalamannya. Foto: Kemenkes

1. Bagaimana cara Anda memastikan bahwa teknologi dan kebijakan benar-benar inklusif?  

 

Benchmarking teknologi dengan negara lain: adopsi pengalaman yang berhasil dan disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi kita. Lakukan cost effectiveness study untuk memastikan bahwa teknologi atau kebijakan baru lebih baik atau lebih efektif dari yang ada sekarang, pastikan standar mutu. Pastikan juga layanan mudah diakses oleh siapa saja (accesible), ditujukan kepada semua orang yang membutuhkan dan penuhi aspek equity dan fairness

2. Dalam perjalanan karier Anda, ceritakan momen yang pernah Anda alami ketika teknologi atau kebijakan berhasil mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik?  

 

Kami mengembangkan layanan berbasis kedokteran presisi di rumah sakit dengan mengadopsi teknologi genomik. Tujuannya adalah memutus diagnostic odyssey, situasi ketika pasien berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mencari kepastian diagnosis tanpa jawaban yang jelas.  

 

Dengan pemeriksaan genetik, pasien akhirnya dapat mengetahui penyakit yang dideritanya, sehingga dokter bisa menentukan terapi yang lebih tepat, lebih cepat, dan berpotensi mengurangi efek samping dari pengobatan yang tidak sesuai. 

3. Apa proyek paling berdampak yang Anda kerjakan tahun ini dalam upaya membangun kepercayaan serta memenuhi kebutuhan publik?  

 

Saat ini saya bertanggung jawab untuk dua program nasional prioritas Kementerian Kesehatan yaitu Program Genomik Nasional atau Biomedical Genome Science Initiative (BGSI) dan Indonesia Clinical Research Center (INA-CRC).

 

BGSI memiliki tujuan agar Indonesia memiliki database genomik dan memberikan layanan berbasis genomik yang lebih akurat dan presisi kepada masyarakat. Dengan adanya BGSi, RS milik Kementerian Kesehatan telah memiliki layanan dengan teknologi genomik yang lebih presisi sehingga pasien dapat menerima treatment yang akurat dan mengurangi efek samping.

 

Sebagai contoh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah memiliki panel test untuk mendeteksi diabetes yang dikembangkan berdasarkan data populasi Indonesia. Selain itu, pasien dengan rare disease dapat ditentukan diagnosanya secara akurat dengan teknologi genomik. 

 

Sebelumnya mereka mendapatkan diagnosa dan obat yang berbeda tetapi tidak ketahuan penyakitnya apa. Dengan teknologi genomik, mereka bisa dapat penetapan diagnosis dan obat yang tepat. Selain itu, kami membangun infrastruktur digital di 10 RS untuk rekrutmen pasien. 

 

INA-CRC merupakan fasilitator nasional untuk penyelenggaraan penelitian dan uji klinik, membangun kapasitas SDM dan infrastruktur rumah sakit dalam melakukan penelitian dan memperluas jejaring dan kerja sama nasional maupun internasional.  

 

Dengan INA-CRC, kita melakukan peningkatan kapasitas kepada rumah sakit di Indonesia untuk melakukan uji klinik, sehingga saat ini beberapa RS sudah siap untuk melakukan uji klinik dan telah mendapatkan project dari perusahaan farmasi atau lembaga donor untuk melakukan uji klinik. 

 

Berlangganan bulletin GovInsider di sini. 

4. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini? 

 

Trust and communication are the keys to success. 

5. Bagaimana AI dapat meningkatkan layanan pemerintah menjadi lebih inklusif dan dapat dipercaya?

 

Kita harus adaptif dan terbuka terhadap inovasi dan teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan (AI). Teknologi seperti AI seperti pedang bermata dua, bisa memberi manfaat besar namun juga membawa risiko jika tidak diterapkan dengan benar.  

 

Karena itu, inovasi harus terus didukung dan proses pengembangannya perlu berjalan cepat agar pelayanan publik dapat merasakan manfaatnya. Namun, kualitas tetap menjadi prinsip utama, dan setiap teknologi wajib mengikuti regulasi yang berlaku agar penggunaannya aman serta sesuai standar.  

 

Sebagai contoh penggunaan AI dalam membaca chest x-ray dan CT-Brain, kita perlu melakukan validasi terlebih dahulu dengan menggunakan data dari populasi Indonesia. Salah satu tugas dari Balai Besar Biomedis dan Genomika, unit kerja yang saat ini saya pimpin, adalah melakukan studi validasi AI sebelum mendapatkan izin edar.

 

Sebelum AI mendukung dokter dalam menginterpretasi hasil pembacaan chest x-ray, kami membandingkan hasil pembacaan AI dengan radiolog untuk menilai akurasi, konsistensi, dan batasannya.

 

Dengan langkah ini, pemerintah dapat memastikan bahwa teknologi yang diadopsi tidak hanya cepat dan inovatif, tetapi juga berkualitas, aman, dan sesuai regulasi sebelum digunakan secara luas untuk melayani masyarakat. 

6. Bagaimana Anda mempersiapkan diri menghadapi gelombang perubahan? Keterampilan, pendekatan, atau teknologi baru apa yang paling Anda nantikan tahun depan? 

 

Untuk mempersiapkan diri menghadapi gelombang perubahan, saya selalu memulai dengan open mindset untuk menerima perubahan tersebut sebagai keharusan. Salah satu slogan yang selalu saya pegang adalah "yang abadi adalah perubahan”.

 

Prinsip ini menjadi pedoman saya dalam bekerja: bahwa kita harus siap menghadapi dinamika baru dengan open mindset dan keyakinan bahwa “nothing is impossible”.

 

Dengan cara berpikir seperti ini, setiap tantangan dapat berubah menjadi peluang, dan setiap perubahan dapat kita kelola menjadi kemajuan. 

7. Apa saran yang ingin Anda berikan kepada para inovator yang ingin membangun karir di bidang layanan publik?  

 

Pahami kebutuhan masyarakat terlebih dahulu. Inovasi di sektor publik hanya akan berhasil jika menjawab masalah nyata yang dirasakan oleh masyarakat. Lakukan engagement secara aktif, dengarkan keluhan, amati proses layanan, dan pahami konteks di lapangan. Janganlah membuat inovasi hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi atau keinginan pihak tertentu.

 

Fokuslah pada dampak dan manfaat yang konkret. Inovasi yang baik bukan yang paling canggih, tetapi yang paling relevan, mudah digunakan, dan memberikan dampak bagi masyarakat yang dilayani. 

8. Siapa yang menjadi inspirasi Anda dalam mengembangkan layanan publik yang inklusif dan tepercaya? 

 

Masyarakat dan Pasien, terutama mereka yang berada di daerah dengan akses layanan terbatas atau yang mengalami “diagnostic odyssey”. Dari mereka saya belajar bahwa layanan publik harus sederhana, mudah diakses, dan benar-benar menjawab kebutuhan. 

9. Apabila Lembaga Anda mempunyai anggaran tak terbatas, apa proyek impian yang ingin Anda kerjakan?

 

Karena bidang saya adalah R&D dan pengembangan teknologi baru, maka impian saya adalah agar tes genetik untuk diagnosis dan penentuan treatment dapat dicover oleh asuransi atau sistem jaminan sosial nasional sehingga masyarakat Indonesia mendapatkan layanan kesehatan dan obat-obatan yang akurat sesuai dengan genetik masing-masing, mengurangi efek samping, mempersingkat perjalanan diagnosis penyakit, sesuai dengan prinsip accessible, equity and fairness

10. Apa yang menarik perhatian Anda di luar sektor teknologi?  

 

Networking dan berjejaring. karena banyak hal tidak bisa dikerjakan sendiri. Dengan jejaring yang kuat, kita bisa mempercepat kolaborasi lintas instansi, membuka akses pada keahlian dan sumber daya, memperluas jangkauan layanan, serta memastikan inovasi dan kebijakan lebih relevan karena disusun bersama para stakeholders.  

 

Jejaring yang baik juga membuat koordinasi lebih cepat, mengurangi miskomunikasi, dan membantu memastikan program berjalan konsisten serta berkelanjutan.