Lembaga National Single Window dorong efisiensi dan integrasi layanan publik

By Mochamad Azhar

Dengan memanfaatkan teknologi, Lembaga National Single Window menjadi pendorong utama efisiensi proses bisnis dan integrator layanan sektor perdagangan dan logistik negara ini.

Direktur Teknologi Informasi LNSW, Wawan Ismawandi (kempat dari kanan), berbagi tentang bagaimana peran lembaganya dalam mendorong efisiensi proses bisnis di bidang perdagangan dan logistik. Foto: LNSW

Ketika istilah “platform terpadu” dan “integrasi layanan pemerintah" menjadi kata kunci dalam agenda transformasi digital Indonesia pasca-pandemi, Lembaga National Single Window (LNSW) telah lebih dahulu mengimplementasikan “kata-kata sakti” tersebut dan mencapai hasil nyata. 


Didirikan pada 2018 sebagai lembaga di bawah Kementerian Keuangan, LNSW menjadi arsitek di balik Sistem Indonesia National Single Window (SINSW), dengan misi mengintegrasikan layanan publik yang selama ini terfragmentasi di berbagai kementerian dan lembaga demi meningkatkan efisiensi layanan publik melalui penyediaan layanan digital terintegrasi yang diakses secara terpusat, khususnya di sektor ekspor-impor dan logistik. 


Berbicara kepada GovInsider, Direktur Teknologi Informasi LNSW Wawan Ismawandi menjelaskan LNSW memiliki tujuan utama sebagai penggerak utama efisiensi layanan publik di bidang ekspor, impor dan logistik melalui penyelenggaraan National Single Window di Indonesia dan pengelolaan SINSW yang terintegrasi dengan sistem kementerian/lembaga dan pihak-pihak lainnya yang terkait. 


“Integrasi ini memungkinkan tersedianya pengalaman pemanfaatan layanan publik secara virtual dan terpusat dengan dukungan komunikasi pertukaran data secara real-time, tidak saja di antara 21 kementerian dan lembaga pemerintah yang berpartisipasi, namun juga melibatkan ekosistem digital swasta dalam rangka memperkuat ekosistem logistik nasional,” katanya. 


Menurut Wawan, sebelum adanya LNSW, pelaku usaha harus menghadapi berbagai macam portal layanan, dokumen fisik, dan mengisi data yang sama berulang kali di sistem layanan berbagai kementerian terkait ekspor, impor dan logistik seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan lain-lain. 


Saat ini, melalui pendekatan single submission, single synchronous processing, dan single decision-making dalam kerangka INSW, beberapa proses pengajuan layanan terkait ekspor, impor dan logistik yang sebelumnya harus dilakukan oleh pengguna layanan secara terpisah telah dapat diintegrasikan ke dalam Sistem INSW.  


“Berdasarkan hasil survei oleh pihak eksternal pada 2024, sistem INSW mampu meningkatkan efisiensi dari segi kecepatan waktu layanan hingga 66,5 persen, dan menekan biaya hingga 63,39 persen,” dia menambahkan. 

API dan infrastruktur yang aman sebagai fondasi 


Menurut Wawan, arsitektur teknologi di SINSW telah menggunakan manajemen antarmuka pemrograman aplikasi (APIs), web services, dan integrasi host-to-host untuk memungkinkan interoperabilitas antar sistem TIK di kementerian dan lembaga.


Menurut Wawan, arsitektur teknologi INSW memungkinkan interoperabilitas antarsistem TIK kementerian/lembaga. Foto: LNSW

Ke depannya, sistem ini diharapkan dapat terintegrasi langsung dengan sistem pihak pelaku usaha maupun pihak swasta penyedia layanan digital.

  

Namun, dengan fakta bahwa tidak semua kementerian memiliki tingkat kematangan TIK yang sama - yang menyebabkan tingkat adopsi proses integrasi terkait sistem maupun infrastruktur berbeda-beda - LNSW selalu berusaha secara fleksibel menyesuaikan dengan proses semi-manual sambil perlahan mendorong digitalisasi. 


“Di awal kami sadar tidak semua kementerian yang terlibat sistem INSW memiliki tingkat kematangan TIK yang sama. Kita di LNSW harus menyesuaikan pelan-pelan agar mereka tetap dapat terintegrasi secara bertahap sambil tetap menjaga trust dengan transparansi dan kecepatan layanan.” 


Dari aspek keamanan, LNSW menerapkan Static Application Security Testing (SAST) sejak proses perancangan maupun pengembangan, dan memberlakukan single sign-on dengan Multi-Factor Authentication (MFA) untuk pengelolaan akses user demi menjaga keamanan informasi dan keamanan operasional layanan. 


“Kami juga sudah memiliki sertifikasi ISO 27001 untuk sistem manajemen informasinya,” tambah Wawan, seraya menekankan komitmen lembaga untuk terus beradaptasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan praktik keamanan terbaik saat mengelola data sensitif bisnis dan perdagangan. 


Berlangganan bulletin GovInsider di sini 

Pemanfaatan AI dalam LNSW 


Seiring meningkatnya adopsi kecerdasan artifisial (AI) dan otomasi di pemerintahan, LNSW pun mulai mengadopsi AI dalam operasionalnya.


“Saat ini kita sudah mulai memanfaatkan AI, bukan hanya chatbot, tapi juga untuk membantu memberikan informasi yang relevan bagi pelaku usaha secara 24/7,” kata Wawan. 


Ia menambahkan, LNSW juga sedang mengembangkan Indonesia Single Risk Management (ISRM) berbasis AI yang akan mengelola profil risiko pelaku usaha berdasarkan rekam jejak kepatuhan dan data transaksional mereka.  


AI akan membantu menganalisis data yang kompleks untuk menghasilkan rekomendasi skor risiko yang termutakhirkan secara otomastis sesuai dengan kegiatan pelaku usaha yang terkini untuk dapat ditindaklanjuti oleh K/L dalam menyediakan layanan publik.


Pendekatan berbasis risiko ini memungkinkan kementerian memprioritaskan entitas usaha yang patuh dan memiliki level risiko rendah untuk memperoleh layanan yang lebih cepat, sementara sumber daya penegakan kepatuhan di masing-masing K/L dapat bekerja secara lebih cerdas berdasarkan data yang tersedia untuk difokuskan pada entitas usaha dengan level risiko tinggi.

  

“Ini seperti bank yang menentukan profil risiko pinjaman. Kalau pelaku usaha punya rekam jejak baik, proses izinnya bisa lebih cepat,” kata Wawan. 

Pengalaman super app di INSW Gen-3 


Sejak tahun 2022, LNSW telah mengoperasikan INSW Gen-2, yang telah mengonsolidasikan aplikasi-aplikasi terpisah menjadi sistem yang lebih terintegrasi dengan menggunakan pendekatan single submission. Kini, LNSW mulai mempersiapkan INSW Gen-3, dengan visi menciptakan single credential dan manajemen profil terpadu bagi pelaku usaha dalam ekosistem INSW.


“Visi saya di masa depan adalah bagaimana sistem ini bisa meningkatkan kualitas user experience dan user journey melihat dari sudut pandang citizen-centric, user-centric” ungkap Wawan.


INSW Gen-3, menurut Wawan, akan menghadirkan antarmuka tunggal layaknya super app, mengintegrasikan perizinan ekspor-impor, layanan logistik, hingga pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam satu platform terpadu.


“Pelaku usaha akan dapat memilih penyedia logistik, mengurus izin, dan melakukan pembayaran dalam satu antarmuka, meningkatkan pengalaman pengguna sembari tetap patuh pada regulasi pemerintah.” 


Di samping itu, INSW Gen-3 juga akan menghadirkan layanan host-to-host untuk memfasilitasi pesatnya kemajuan teknologi dari in-house sistem pelaku usaha maupun pihak ketiga penyedia layanan digital. 

Best practice dari INSW 


Di tengah usaha pemerintah Indonesia mendorong agenda percepatan transformasi digital dan pelayanan publik terpadu, pendekatan terukur dan terstruktur dalam kerangka INSW dapat menjadi pelajaran berharga bagi peningkatan kualitas layanan publik berbasis digital di Indonesia.  


LNSW menjadi role model bagi implementasi national single window di negara lain. Foto: LNSW

“Yang terpenting adalah komitmen dan pembentukan lembaga khusus untuk mengelola integrasi ini,” kata Wawan. 


Berikutnya adalah pentingnya menetapkan tujuan yang jelas dan strategi pragmatis dalam mengelola integrasi digital lintas lembaga.   


“Kita harus menekankan [kepada semua yang terlibat] bahwa upaya ini bukan hanya untuk kepentingan kementerian atau lembaga tertentu, tapi untuk daya saing atau kepentingan nasional,” katanya. 


Menurut Wawan, pendekatan Indonesia yang menjadikan LNSW sebagai lembaga dedikatif adalah keunikan utama, yang menjadikan Indonesia role model implementasi National Single Window di ASEAN. Negara ASEAN lain biasanya menempatkan fungsi ini di salah satu unit di bawah kementerian teknis seperti Kementerian Keuangan maupun Kementerian perdagangan.


LNSW telah sejak lama menjalankan peranan yang sangat penting dalam mewakili dan mengawal komitmen Indonesia untuk implementasi ASEAN Single Window, antara lain dengan menjadi leading agency dalam memfasilitasi pertukaran certificate of origin secara elektronik, dokumen kepabeanan, dan dokumen karantina dalam rangka perdagangan lintas batas (cross-border trade) dengan mitra ASEAN lainnya.  


Sejak tahun 2020, LNSW secara mandiri juga telah berhasil membangun dan mengimplementasikan INSW Gateway yang saat ini telah berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu negara terdepan di ASEAN dalam hal pertukaran data elektronik secara bilateral dengan negara-negara mitra strategis seperti Korea Selatan, Tiongkok, Australia dan Jepang dalam kerangka Free Trade Agreement


Kondisi ini menjadi salah satu kekuatan utama bagi Indonesia untuk memperluas kerja sama dagang dengan negara mitra lainnya dari Eropa, Afrika maupun Timur Tengah melalui cross-border trade electronic data exchange