Ruth Ayu Hapsari, Head of Tribe, Murid (Student Learning Platform), INA Digital Edu
By Mochamad Azhar
Mengenal srikandi Women in GovTech 2025.

Ruth Ayu Hapsari, Head of Tribe, Murid (Student Learning Platform), INA Digital Edu, menceritakan pengalamannya. Foto: INA Digital Edu
1. Bagaimana cara Anda memastikan bahwa teknologi dan kebijakan benar-benar inklusif?
Dalam konteks Govtech, saya percaya untuk memastikan inklusivitas perlu menggabungkan upaya teknologi, kebijakan, dan operasional secara bersamaan. Setiap solusi harus dirancang tidak hanya berfungsi secara teknis, tetapi juga didukung regulasi yang tepat dan operasional yang kuat, mulai dari sosialisasi, materi pelatihan, hingga help desk yang benar-benar membantu.
Desain teknologi juga selalu berpusat pada pengguna, dengan memahami realitas guru, murid, dan sekolah di berbagai konteks.
Dan yang paling penting, saya percaya bahwa dalam merancang teknologi untuk pemerintahan perlu untuk mempertimbangkan the lowest common denominator: konektivitas rendah, perangkat sederhana, dan beban kerja tinggi. Jika mereka yang paling terbatas dapat mengakses layanan, barulah teknologi benar-benar inklusif.
2. Dalam perjalanan karier Anda, ceritakan momen yang pernah Anda alami ketika teknologi atau kebijakan berhasil mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik?
Momen paling berkesan adalah saat kami meluncurkan Pelatihan Mandiri di Platform Merdeka Mengajar – kini bernama Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).
Seorang guru perempuan di Nusa Tenggara Timur menceritakan bahwa dengan adanya platform tersebut, untuk pertama kalinya ia bisa mengakses pelatihan berkualitas tanpa harus bepergian berhari-hari dan meninggalkan ruang kelas dan keluarganya.
Pada saat itu saya tersadar, bahwa dampak sosial yang dihasilkan lebih dari sekedar memberikan akses ke pelatihan, tetapi juga mengurangi absenteisme guru, menjaga keberlanjutan pembelajaran siswa, serta meningkatkan kesejahteraan keluarganya karena ia dapat berkembang sebagai pendidik tanpa mengorbankan perannya di rumah.
3. Apa proyek paling berdampak yang Anda kerjakan tahun ini dalam upaya membangun kepercayaan serta memenuhi kebutuhan publik?
Proyek paling berdampak bagi saya tahun ini adalah Ruang Murid, di mana kami menggabungkan platform pembelajaran nasional dengan perangkat interaktif berlayar sentuh (IFP) untuk menciptakan ruang kelas yang lebih hidup dan partisipatif.
Setelah keberhasilan mendukung lebih dari 4 juta guru melalui Ruang GTK, fokus saya kini beralih ke 52 juta murid, memastikan mereka mendapatkan pengalaman belajar digital yang aman, berkualitas, dan setara. Integrasi platform dan perangkat ini memperkuat kepercayaan publik bahwa negara mampu menghadirkan pembelajaran modern yang relevan untuk semua sekolah di Indonesia.
4. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini dari projek-projek Anda?
Tahun ini saya belajar bahwa keberhasilan transformasi digital ditentukan oleh adopsi dan pemanfaatan, bukan hanya teknologi itu sendiri. Dampak baru terasa ketika guru benar-benar mampu menggunakan platform dan perangkat untuk menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam bagi murid.
Karena itu, pelatihan, pendampingan, dan dukungan lapangan menjadi kunci agar solusi yang kami rancang benar-benar digunakan dan memberi dampak yang berkelanjutan. Saya juga semakin memahami pentingnya menjembatani kebijakan, desain produk, dan kegiatan operasional untuk mendorong keberhasilan program digitalisasi pemerintah.
Berlangganan bulletin GovInsider di sini.
5. Bagaimana AI dapat meningkatkan layanan pemerintah menjadi lebih inklusif dan dapat dipercaya?
AI membuka peluang besar untuk meningkatkan layanan pendidikan, terutama dalam mengurangi beban administratif guru melalui teknologi seperti AI-assisted lesson planning, otomatisasi penilaian, rekomendasi materi belajar, dan analisis kebutuhan belajar siswa.
Dalam pendidikan, AI bukan untuk menggantikan guru, tetapi memperkaya wawasan sehingga pembelajaran menjadi lebih personal dan mudah diakses. Agar benar-benar inklusif, perlu ada penguatan pemanfaatan AI bagi guru dan murid – baik dalam bentuk pelatihan, panduan praktis, dan contoh penggunaan – agar teknologi ini memberi dampak yang nyata dan bermakna.
6. Bagaimana Anda mempersiapkan diri menghadapi gelombang perubahan? Keterampilan, pendekatan, atau teknologi baru apa yang paling Anda nantikan tahun depan?
Saya mempersiapkan diri dengan memperdalam keterampilan di bidang data governance, interoperabilitas data, dan kebijakan AI untuk pembelajaran, karena ketiganya akan menjadi fondasi transformasi sekolah Indonesia.
Saya menjaga pola pikir continuous learning dan kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan pengembangan produk, perkembangan kebijakan, maupun realita implementasi.
Dari sisi teknologi, saya menantikan kemajuan open-architecture platforms, konten belajar adaptif, serta AI yang dapat mengurangi beban administratif guru dan memperkaya pengalaman belajar murid. Untuk mengantisipasi gelombang teknologi ini, saya percaya kemampuan beradaptasi di tengah perubahan yang cepat menjadi kunci.
7. Apa saran yang ingin Anda berikan kepada para inovator yang ingin membangun karir di bidang layanan publik?
Saran saya adalah memahami bahwa suatu dampak dihasilkan ketika teknologi, kebijakan, dan operasional bekerja bersama. Jangan hanya fokus pada inovasi produk. Pelajari juga regulasi, dinamika birokrasi, dan kebutuhan pengguna di lapangan. Dengarkan pengguna dan lakukan riset di lapangan, agar desain selalu user-centric dan relevan.
Yang paling penting, bangun solusi yang mempertimbangkan konteks paling terbatas dan menantang, seperti konektivitas rendah hingga perangkat sederhana, agar inovasi benar-benar bisa diakses oleh semua – bukan hanya bagi mereka yang paling siap. Iitulah esensi sebenarnya dari transformasi teknologi untuk layanan publik.
8. Siapa yang menjadi inspirasi Anda dalam mengembangkan layanan publik yang inklusif dan tepercaya?
Inspirasi terbesar saya datang dari guru, kepala sekolah, tenaga kesehatan, dan petugas lapangan yang bekerja dengan keterbatasan tetapi tetap menjaga layanan publik tetap berjalan.
Mereka membuktikan bahwa kualitas layanan bukan ditentukan oleh besarnya sistem, tetapi oleh komitmen orang-orang yang berada di garda depan. Melihat bagaimana mereka memanfaatkan teknologi sederhana untuk membantu murid atau pasien telah memberi saya motivasi untuk membangun solusi yang relevan dan mudah digunakan.
9. Apabila Lembaga Anda mempunyai anggaran tak terbatas, apa proyek impian yang ingin Anda kerjakan?
Saya ingin membangun sebuah AI infrastructure for learning, sebuah sistem yang bekerja di balik ekosistem pendidikan, bukan sebagai fitur tambahan.
Teknologi ini tidak hanya menghasilkan jawaban, tetapi membantu untuk mengambil tindakan dan keputusan: menganalisis pola belajar murid, mengorganisasi pekerjaan administratif guru, menyiapkan intervensi dini, dan memastikan setiap kelas bergerak menuju pembelajaran berkualitas.
Solusi ini dirancang untuk konteks negara besar dan beragam seperti Indonesia, memungkinkan penguatan kapabilitas guru, memperluas akses, dan menciptakan sistem pembelajaran yang benar-benar responsif dan berpusat pada kebutuhan tiap anak.
10. Apa yang menarik perhatian Anda di luar sektor teknologi?
Saya senang mengeksplorasi kota-kota dan kehidupan sehari-hari penghuninya. Mengamati kota, transportasi, interaksi publik, dan cara masyarakat hidup memberi saya perspektif baru tentang bagaimana layanan publik seharusnya dirancang. Traveling membantu saya melihat bahwa inovasi terbaik sering berangkat dari observasi kecil yang relevan dengan kehidupan nyata