Trinada Willya Citra, Assistant Project Leader, Jakarta Smart City
By Mochamad Azhar
Mengenal srikandi Women in GovTech 2025.

Trinada Willya Citra, Assistant Project Leader, Jakarta Smart City, membagikan pengalamannya. Foto: Jakarta Smart City
1. Bagaimana cara Anda memastikan bahwa teknologi dan kebijakan benar-benar inklusif?
Salah satu cara untuk memastikan bahwa kebijakan dan teknologi benar-benar inklusif adalah dengan melakukan evaluasi secara berkala, baik setiap bulan, tiga bulan, maupun enam bulan sekali.
Evaluasi tersebut bertujuan untuk mengukur sejauh mana dampak kebijakan dan perkembangan teknologi dapat mempermudah layanan serta memenuhi kebutuhan masyarakat secara efektif.
2. Dalam perjalanan karier Anda, ceritakan momen yang pernah Anda alami ketika teknologi atau kebijakan berhasil mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik?
Saat ini saya menjabat sebagai Assistant Project Leader di Jakarta Smart City, yang salah satu produknya adalah Aplikasi JAKI (Jakarta Kini). JAKI merupakan platform layanan digital terpadu bagi warga Jakarta, di mana masyarakat bisa mengakses berbagai layanan publik, termasuk fitur Laporan Warga.
Melalui fitur ini, warga dapat melaporkan berbagai permasalahan di lingkungan sekitar, seperti sampah, jalan rusak, atau lampu mati langsung kepada Pemprov DKI Jakarta.
Sesuai kebijakan SK Sekda No. 99 Tahun 2022, seluruh aduan yang masuk melalui JAKI harus ditindaklanjuti lewat aplikasi CRM (Cepat Respon Masyarakat). Kebijakan ini membuat proses penyelesaian laporan menjadi lebih terpadu, transparan, dan mudah dipantau oleh masyarakat.
Saya sendiri pernah merasakan manfaatnya secara langsung. Suatu hari, saya melaporkan lampu merah yang rusak di perjalanan antara rumah dan kantor melalui aplikasi JAKI. Menariknya, dalam waktu kurang dari 12 jam, laporan tersebut sudah ditindaklanjuti dan masalahnya selesai.
Momen itu menjadi pengalaman berkesan bagi saya bagaimana teknologi dan kebijakan publik bisa berpadu menciptakan pelayanan yang cepat, transparan, dan memuaskan, bahkan bagi saya yang bukan warga DKI Jakarta.
3. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini dari projek-projek Anda?
Tahun ini, saya mendapat kesempatan untuk memimpin project CRM. Salah satu fokus saya adalah pembaruan fitur EWS (Estimasi Waktu Selesai), yang digunakan perangkat daerah ketika penanganan aduan membutuhkan waktu lebih lama. Pembaruan ini memperketat penggunaan EWS dengan menambahkan proses validasi sebelum durasi tambahan disetujui.
Dengan adanya mekanisme ini, penggunaan fitur EWS menjadi lebih akurat dan akuntabel, sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses tindak lanjut laporan mereka.
4. Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan tahun ini dari projek-projek Anda?
Pelajaran penting yang saya dapatkan tahun ini dari berbagai proyek yang saya kerjakan adalah pentingnya komunikasi dalam tim serta kemampuan mengatur jadwal dan prioritas pekerjaan untuk mencapai target sesuai dengan timeline yang telah ditetapkan.
Menurut saya, sebuah proyek dapat berjalan dengan baik apabila seluruh anggota tim saling terbuka dan berkomunikasi secara efektif.
Dalam praktiknya, saya menerapkan daily stand-up meeting setiap hari selama 5–10 menit. Kegiatan singkat ini membantu tim untuk saling berbagi pembaruan mengenai pekerjaan yang sudah dan akan dilakukan. Apabila ada kendala yang muncul, kami akan menjadwalkan pertemuan tambahan di luar daily stand-up untuk membahas solusi secara lebih mendalam.
Selain itu, saya juga belajar mengenai pentingnya penentuan prioritas pekerjaan. Bekerja di lingkungan pemerintahan berarti harus siap menghadapi berbagai permintaan perubahan atau pembaruan fitur yang sering kali datang bersamaan.
Dalam situasi seperti ini, tim perlu mampu memilah mana yang bersifat mendesak dan harus segera diselesaikan, serta mana yang dapat dikerjakan dengan ritme yang lebih fleksibel. Dengan menetapkan prioritas yang tepat, proyek yang sedang berjalan dapat terus maju sesuai rencana tanpa terganggu oleh permintaan tambahan yang muncul di tengah jalan.
Berlangganan bulletin GovInsider di sini.
5. Bagaimana AI dapat meningkatkan layanan pemerintah menjadi lebih inklusif dan dapat dipercaya?
AI dapat meningkatkan layanan pemerintah menjadi lebih inklusif dan dapat dipercaya dengan cara menjadikan AI tersebut sebagai alat pendukung kebijakan pemerintah, dengan catatan pemerintah membuat kebijakan AI yang transparan, aman, adil, akuntabel, dan berorientasi pada manusia.
6. Bagaimana Anda mempersiapkan diri menghadapi gelombang perubahan? Keterampilan, pendekatan, atau teknologi baru apa yang paling Anda nantikan tahun depan?
Untuk menghadapi gelombang perubahan, tentunya dari saya sendiri harus siap untuk beradaptasi dan berkolaborasi terhadap perubahan tersebut. Menerapakan lifelong learning dan memberikan ruang untuk berinovasi untuk dapat menghadapi gelombang perubahan.
Teknologi yang paling saya tunggu tahun depan adalah penerapan AI sentiment analysis.
Meski sudah ada sistem pengaduan resmi, keluhan dan aspirasi mengalir deras di media sosial karena masyarakat merasa media sosial jauh lebih cepat didengar [pemerintah]. AI sentiment analysis akan memudahkan kita memetakan isu-isu sosial secara real time dan menanganinya lebih cepat, bahkan sebelum isu itu viral.
7. Apa saran yang ingin Anda berikan kepada para inovator yang ingin membangun karir di bidang layanan publik?
Untuk membangun karir di bidang layanan publik kita perlu memahasi esensi dari pelayanan publik, yakni melayani masyarakat dan bukan hanya sekedar mencari keuntungan.
Fokuslah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat dan pastikan apa yang dilakukan sejalan dengan nilai nilai transparansi dan keadilan.
8. Siapa yang menjadi inspirasi Anda dalam mengembangkan layanan publik yang inklusif dan tepercaya?
Saya terinspirasi sosok Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa pelayanan publik yang baik berawal dari integritas dan keteladanan. Beliau juga menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi terhadap perubahan, termasuk dalam penerapan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan.
Salah satu program Lee Kuan Yew yang saya kagumi adalah program Civil Service Computerization Programme (CSCP) untuk mendigitalisasi proses administrasi pemerintahan. Melalui program ini, Lee Kuan Yew menunjukkan visi jangka panjangnya bahwa teknologi bisa menjadi pilar kepercayaan dan transparansi dalam pelayanan publik.
9. Apabila Lembaga Anda mempunyai anggaran tak terbatas, apa proyek impian yang ingin Anda kerjakan?
Melanjutkan dari pertanyaan poin 5, saya ingin berkontribusi untuk Jakarta dengan mengembangkan alat AI Sentiment Analysis. Saya ingin kepercayaan publik terhadap pemerintah meningkat dan menghilangkan kesan “tunggu viral dulu baru ditindaklanjuti”.
10. Apa yang menarik perhatian Anda di luar sektor teknologi?
Sewaktu saya masih di bangku SMA, saya suka menonton serial Crime Scene Investigation (CSI). Saking seringnya, saya sampai bercita-cita ingin jadi dokter forensik. Namun, takdir berkata lain, ha ha.
Menariknya, ketertarikan saya pada CSI justru membawa saya ke sektor teknologi. Dari sana saya sadar, untuk bisa terlibat dalam dunia penyelidikan seperti di CSI, tidak harus jadi dokter forensik. Seorang ahli IT pun bisa berperan penting di sana.
Kalau ditanya apa ketertarikan saya di luar sektor teknologi, jawabannya tetap dunia crime scene investigation, tentu bukan sebagai pelaku atau korban tapi sebagai penyidik. Rasanya seru sekali bisa melakukan investigasi, memecahkan misteri, dan mencari kebenaran lewat data dan logika.