Bank Indonesia undang talenta digital terbaik untuk berinovasi dengan AI

Oleh Mochamad Azhar

Bank Indonesia (BI) mengadakan kompetisi Hackathon 2024 untuk menampung ide-ide inovatif dengan pemanfaatan teknologi terkini AI/ML untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan digital nasional. 

Bank Indonesia menyelenggarakan hackathon perdana tentang pengembangan teknologi AI, untuk memperkuat peran teknologi di dalam ekosistem ekonomi dan finansial di Indonesia. Foto: Departemen Komunikasi Bank Indonesia.

“Hackathon pertama Bank Indonesia ini bertujuan untuk menyediakan wadah inovasi bagi talenta terbaik Indonesia dalam memecahkan masalah melalui solusi teknologi sekaligus sebagai upaya kita menguatkan ekosistem ekonomi dan keuangan digital nasional,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memberikan sambutan kunci di acara Kickoff dan Seminar Hackhaton BI di Jakarta, 29 April.

 

Hackathon BI mengusung tema ‘Artificial Intelligence and Machine Learning (AI/ML) for Digital Economy and Finance in Indonesia’. Para peserta akan mendapatkan kesempatan menyampaikan ide-ide inovatif di hadapan regulator dan pelaku industri dan para kontestan terbaik akan mendapat peluang dilibatkan dalam proyek inovasi industri keuangan nasional. 

 

Pendaftaran peserta dibuka mulai tanggal 29 April hingga 6 Juni 2024. Peserta dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti kompetisi lewat website yang disediakan. 

 

Menurut Perry, acara ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan juga mendorong kalangan muda lebih kreatif sebagai bekal meneruskan kepemimpinan bangsa ke depan.  

 

“Hackathon akan menjadi tempat di mana ide-ide baru bisa tumbuh dan berkembang, di mana kerjasama tim menjadi kunci utama, dan di mana kreativitas serta inovasi dihargai di atas segalanya.” Kata Perry. 

 

Ia menuturkan, inovasi digital menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan di Indonesia. Bank Indonesia pun turut mendorong kemajuan ini lewat regulasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2019-2025.  

 

Capaian-capaiannya antara lain QR Code Indonesia Standard (QRIS), infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional BI-Fast, penggunaan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP), serta elektronifikasi transaksi pemerintah daerah dan penggunaan Kartu Kredit Indonesia. 

 

“Kita juga memperluas kerja sama pembayaran antar negara, tidak hanya ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) tapi juga seluruh ASEAN bahkan sejumlah negara lain termasuk juga dengan Jepang, India, China dan negara-negara lain,” Perry menambahkan.

 

Pada kuartal I-2024 nominal transaksi QRIS tumbuh 175,44 persen secara year on year (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta hingga saat ini. 

LLM berbahasa Indonesia sebagai peluang 

William Tjhi, AI Singapore (kanan) dan Ayu Purwarianti, Peneliti AI ITB (tengah) menekankan pentingnya mengembangkan AI dengan menggunakan pendekatan lokal, seperti LLM berbahasa Indonesia: Foto: Departemen Komunikasi Bank Indonesia.

Pada sesi panel, Hackathon BI mengundang William Tjhi, Head of Applied Research for Foundation Model, AI Singapore, dan Ayu Purwarianti, Kepala Pusat Penelitian AI ITB (2019-2024), untuk berbagi wawasan dan pengalaman sebagai ahli AI dan menyemangati para peserta hackathon.

 

William menekankan peluang AI generatif yang saat ini masih bernilai untuk dikembangkan oleh para peserta, khususnya pada pemrograman model bahasa besar (LLM) yang dilatih menggunakan bahasa lokal. Sejak ChatGPT diperkenalkan pada November 2022, LLM telah menjadi fokus pengembangan AI di seluruh dunia, namun penggunaan bahasa-bahasa khas ASEAN masih dianggap under-representation­­.

 

“Baru-baru ini Meta merilis LlaMa-3 di mana 5% dari data itu berkarakter multilingual, sisanya adalah bahasa inggris dan bahasa pemrograman. Bahasa ASEAN jauh lebih kecil lagi, apalagi yang berbahasa Indonesia. Terdapat gap yang semakin besar antara kemampuan AI berbahasa Inggris dengan AI berbahasa Indonesia.”

 

Inilah yang menjadi alasan pertama mengapa AI Singapore telah membangun SEA-LION (Southeast Asian Languages in One Network), sebuah rangkaian LLM sumber terbuka yang dilatih dalam 11 bahasa regional utama yaitu Bahasa Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Burma, Khmer, Inggris, Cina, Melayu, Tamil, dan Laos. 

 

“Kami fokus untuk membangun produk ini supaya kita bisa mengerti bahasa-bahasa di Asia Tenggara dan memahami konteksnya secara lebih baik,” William melanjutkan.

 

Untuk memulai proyek LLM berbahasa Indonesia, William menyarankan untuk memulainya dari model-model yang sudah ada ketimbang memulai dari nol yang artinya akan ‘mengulangi proses pre-training dari scratch yang sangat memakan waktu dan biaya’.  

 

Tahap berikutnya adalah mengumpulkan data yang banyak dan berkualitas dengan cara melakukan filterisasi menggunakan data analytics dan proses manual. Pada tahap ini, para insinyur harus bekerja sama dengan ahli-ahli linguistik. 

 

“Yang paling penting adalah motivasi dan alasan anda membangun AI harus jelas. Jangan hanya karena ikut-ikutan kompetitor karena hal itu akan merugikan anda,” kata William.  

Implementasi AI pada sektor ekonomi dan finansial 

Ayu Purwarianti memaparkan hasil AI Index Report 2024 di mana adopsi AI dapat meningkatkan produktivitas organisasi, khususnya di sektor manufaktur dan jasa. Sebanyak 59% organisasi yang disurvei melaporkan adanya peningkatan pendapatan dan 42% organisasi yang disurvei melaporkan adanya efisiensi biaya.  

 

Ia juga memberi petunjuk tentang kepada peserta hackathon tentang bagaimana AI dapat mendukung sektor ekonomi dan finansial lewat use case pengembangan deteksi fraud yang didukung AI pada sistem transaksi keuangan pada salah satu penyedia layanan kartu kredit multinasional.

 

Ayu menekankan pentingnya data lokal sebagai instrumen dalam merumuskan model deteksi agar lebih kontekstual dan teraplikasi dengan baik.  

 

“Setelah melakukan tes algoritma dengan menggunakan data lokal milik penyedia layanan, tingkat deteksi fraud naik menjadi 90% dibanding 70% ketika tes dilakukan dengan menggunakan data yang dikembangkan induk perusahaan di negara asal.” 

 

Menurut Ayu, potensi AI lainnya yang bisa dikembangkan ialah LLM khusus bidang ekonomi dan keuangan yang bisa dikembangkan untuk membuat layanan chatbot internal atau pelanggan. Hal ini bisa dilakukan dengan memadukan hasil pre-trained yang sudah ada dengan data-data ekonomi dan keuangan di Indonesia.

 

GovInsider sebelumnya telah membahas potensi-potensi pemanfaatan AI generatif di sektor publik Indonesia, di mana pemerintah dinilai perlu mengadopsi kemampuan AI untuk mempercepat proses akselerasi dan dan integrasi layanan publik digital.

 

Kedua pembicara juga berpesan untuk mengelola risiko AI yang dapat merugikan orang lain, seperti diskriminasi, pelanggaran hak cipta, hingga plagiarisme. Pengguna AI perlu memperhatikan kebijakan etika tentang AI dan melakukan eksperimen dengan skala kecil sebelum melakukan roll out