Modernisasi sektor ketenagalistrikan untuk mendorong efisiensi, mengurangi emisi 

Oleh Stania Puspawardhani

Pada acara DTI-CX baru-baru ini, para pembicara dari industri berbagi tentang pentingnya transformasi digital untuk membantu meningkatkan layanan, efisiensi, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Pada sesi panel Digital Transformation Conference and Expo (DTI-CX) di Jakarta baru-baru ini, para pembicara dari sektor ketenagalistrikan berbagi tentang pentingnya transformasi digital untuk membantu meningkatkan efisiensi dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Foto: Adhouse Clarion Events

Modernisasi sektor ketenagalistrikan untuk mendukung efisiensi energi dan memanfaatkan energi ramah lingkungan menjadi sorotan utama pemangku kepentingan sektor kelistrikan Indonesia pada sesi panel tentang "Digital Transformation in Electricity: Grid Modernization, Renewable Integration, and Energy Access" pada acara Digital Transformation Conference and Expo (DTI-CX) di Jakarta, 31 Juli.


Panel diisi Executive Vice President Teknologi Informasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Wahyu Ahadi Rouzi, Koordinator Kajian Strategis Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Catur Budi Kurniadi, Wakil Ketua Bidang ICT Himpunan Kawasan Industri (HKI) Edi Yusuf Wirawan, dan CEO ION Mobility, James Chan. 


Wahyu dari PLN menjelaskan bahwa perusahaan negara mengadopsi jaringan listrik pintar (smart grid) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Indonesia 2024-2033. Rencana ini mencakup penyerapan pasokan energi untuk pembangkit listrik sebesar 75 persen energi terbarukan dan 25 persen dari gas untuk mencapai target emisi nol karbon Indonesia pada 2060.  


“Penerapan smart grid bertujuan untuk mengakomodasi penetrasi tenaga surya dan angin ke dalam sistem rantai pasok,” kata Wahyu dalam pemaparan keynote-nya. 


Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.

Implementasi smart grid oleh PLN 


Pada sesi panel, Wahyu mengatakan, smart grid memungkinkan PLN mengelola jaringan tenaga listrik secara lebih efisien, mengakselerasi penggunaan energi terbarukan, serta meningkatkan layanan dan partisipasi pelanggan dalam penyediaan energi nasional. 


Menurut Wahyu, pemanfaatan smart grid tidak terbatas pada kota besar, tetapi juga dapat dimanfaatkan pada skala kecil untuk mengatasi kebutuhan listrik di daerah pedesaan atau daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan transmisi.


Terdapat empat sistem utama pada smart grid PLN; pembangkit listrik pintar, sistem transmisi pintar, distribusi pintar, dan sistem kendali pintar. Pembangkit listrik pintar akan memproduksi energi listrik yang dialirkan secara lebih efisien melalui sistem transmisi.  


Sistem kendali pintar akan mengatur kelancaran operasional secara keseluruhan. Distribusi pintar, yang mencakup alat pengukuran penggunaan listrik pintar (smart meter) dan Internat-of-Things (IoT), akan memenuhi permintaan konsumen rumah tangga dan industri secara lebih fleksibel.


“Konsumen juga dapat memanfaatkan aplikasi PLN Mobile untuk mengatur penggunaan listriknya, memudahkan pembayaran tagihan dan membeli token (untuk pelanggan prabayar),” kata Wahyu.

Menjaga efisiensi pasokan listrik 


Edi dari Himpunan Kawasan Industri menyoroti pentingnya mengintegrasikan pasokan listrik secara terpusat di kawasan-kawasan industri sesuai jenis industrinya agar memudahkan proses operasional serta meningkatkan efisiensi biaya.


Pemusatan pasokan listrik menjadi penting karena setiap industri memerlukan pasokan listrik yang berbeda-beda. Industri makanan dan miniman memerlukan kapasitas 2 MW, industri petrokimia membutuhkan 5 MW, dan pusat data  bisa membutuhkan 10 MW.   


“Kita perlu mengantisipasi kebutuhan energi untuk industri pusat data di Indonesia yang terus berkembang,” katanya.


Kawasan industri Bekasi-Karawang-Cikarang, Jawa Barat, telah difokuskan sebagai kawasan industri pusat data dan saat ini telah menaungi 12 fasilitas. Dengan industri pusat data yang terus berkembang, dibutuhkan sedikitnya 450 MW untuk beberapa tahun ke depan.  


Edi menambahkan, penggunaan teknologi canggih diterapkan untuk membantu industri dalam berinteraksi terhadap lingkungan. Sebagai contoh, sistem pemantauan limbah jarak jauh yang menggunakan teknologi IoT.


Sensor akan mengirimkan data derajat keasaman air limbah secara nirkabel kepada pusat komando untuk dianalisa sebelum mengambil keputusan. 


Berikutnya, penerapan parkir automatis di area kawasan industri membuat proses kerja lebih efisien. Meski demikian, adopsi teknologi maju akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja. “Kita perlu melakukan upskilling dan reskilling pekerja di era digitalisasi ini,” katanya. 

Mendukung ekonomi rendah karbon 


Chan menjelaskan peran ION Mobility sebagai perusahaan yang mendukung proses transisi menuju ekonomi rendah karbon melalui mobilitas listrik di Asia Tenggara. Ia menegaskan dengan menguasai bisnis secara end-to-end, perusahaan dapat lebih leluasa meningkatkan keunggulan produk dalam kompetisi pasar.


Dengan pasar dan sumber daya nikel Indonesia sebagai salah satu yang terbesar di dunia, maka tantangan industri kendaraan listrik (EV) bukan pada soal bisnis, melainkan talenta.  


"Karena itu, menyiapkan talenta-talenta yang siap di bidang teknologi dan energi bersih sangat penting di masa depan,” kata Chan.  


Perusahaan Singapura ini mempekerjakan 11 warga asing dengan setengahnya adalah orang Indonesia. Produk motor listrik mereka yang dipasarkan di Indonesia telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 


Catur dari Kementerian ESDM menjelaskan bahwa lembaganya telah mengembangkan portal geoportal.esdm.go.id yang berisi data dan informasi tentang sumber energi terbarukan yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti potensi energi surya, angin, panas bumi, dan seterusnya. 


Data-data ini dapat digunakan oleh pemain pemerintah maupun swasta sebelum memasuki bisnis industri hijau.


Kementerian ESDM juga mengembangkan portal Aplikasi Penghitungan dan Pelaporan Emisi Ketenagalistrikan atau APPLE-GATRIK sebagai acuan penghitungan tiga jenis gas rumah kaca yang dihasilkan di unit-unit pembangkit listrik dan panduan bagi pelaku usaha subsektor ketenagalistrikan dalam melakukan jual beli karbon.