Memacu kinerja sektor publik di era hybrid

Oleh Mochamad Azhar

Transformasi digital telah meningkatkan kinerja sektor publik dan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan publik. Pada acara GovInsider baru-baru ini, pemimpin lembaga dan perusahaan menciptakan inovasi dengan memanfaatkan teknologi digital dan komunikasi video.

Public sector leaders share the importance of digital transformation in improving performance. One of them is by utilizing virtual communication technology to provide services to the community. Photo: Zoom

“Transformasi digital adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan,” ujar Semuel Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, saat memberikan kata sambutan secara virtual di acara “Meningkatkan Keterlibatan Digital dan Pertumbuhan Digital di Era Hybrid” di Hotel JW Marriott, Jakarta, 2 November 2022.
 

Transformasi digital memacu para pemimpin dan praktisi sektor publik untuk meningkatkan kinerja secara lebih efektif dan efisien. “Dengan digitalisasi, pemerintah mendorong seluruh pemangku sektor publik untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih cepat dan lebih murah,” kata Semuel.
 

Acara “Meningkatkan Keterlibatan Digital dan Pertumbuhan Digital di Era Hybrid” yang diselenggarakan GovInsider bersama Zoom, menyediakan ruang bagi para penyelenggara pemerintahan dan pemimpin perusahaan BUMN untuk berbagi pengalaman tentang implementasi transformasi digital di bidangnya masing-masing.
 

Melayani pasien dengan aplikasi komunikasi video

 

Layanan kesehatan jarak jauh atau telehealth merupakan contoh keberhasilan paling nyata dari pemanfaatan aplikasi komunikasi lewat video. Head of Enterprise Zoom Indonesia Isya Putri mengatakan, pertumbuhan layanan telehealth meningkat 38 kali lipat saat pandemi.
 

“Pengguna layanan telehealth tumbuh 50 persen pada tahun 2021, dan diproyeksikan meningkat 72 persen lagi di tahun 2024,” beber dia.

Tidak hanya saat pandemi, layanan telehealth akan dikembangkan lebih luas di dalam sistem kesehatan di masa depan karena sifatnya yang mudah diakses dan terjangkau.
 

Dr. dr. Mahlil Ruby, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan, menyebut bahwa telehealth telah membuat sistem pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi lebih mudah dan murah.
 

Setiap orang yang mengeluh sakit bisa langsung mengakses layanan kesehatan tanpa perlu datang ke rumah sakit. “Mudah karena tinggal mengakses telepon seluler. Murah karena tidak ada lagi biaya operasional yang membebani fasilitas kesehatan.”
 

Menurut Dr Mahlil, sistem pelayanan kesehatan masa depan sudah harus lebih efisien, baik bagi pasien maupun fasilitas kesehatan. Tidak semua keluhan pasien harus dilayani di rumah sakit.
 

Sekitar 50 persen keluhan bisa ditangani lewat teleconsultation dan telemedicine, 30 persen keluhan membutuhkan pelayanan lebih lanjut seperti cek laboratorium atau cek rontgen. “Cuma 20 persen keluhan pasien yang membutuhkan penanganan spesialis dan harus dirujuk ke rumah sakit,” kata Dr Mahlil.

Dr Grace Cielia, Sekretaris Pusat Data dan Informasi PERSI, menjelaskan bahwa telehealth telah mengubah total sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dan mengubah interaksi antara dokter dan pasien.
 

“Teleconsultation dan telemedicine telah membantu rumah sakit saat mereka tak mampu lagi menangani pasien karena banyak dokter dan petugas kesehatan terpapar covid-19.”
 

Saat ini sebagian besar rumah sakit telah menerapkan telehealth sebagai sebuah layanan. Meski demikian, ada banyak rumah sakit yang masih takut untuk menerapkan telehealth karena belum ada aturannya. “Termasuk aturan mengenai kerahasiaan rekam medis pasien saat melakukan konsultasi menggunakan aplikasi pihak ketiga,” Dr Grace melanjutkan.
 

Setiaji, Chief of Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan, menyatakan pemerintah masih merumuskan regulasi mengenai layanan kesehatan jarak jauh untuk memfasilitasi pesatnya perkembangan ekosistem telehealth di Indonesia. “Sambil proses itu berjalan, pemerintah mempersilakan fasilitas kesehatan maupun startups membuat aplikasi klinik asal sesuai standar.”
 

Pemerintah saat ini juga tengah mengembangkan SATUSEHAT, sebuah platform-as-a-service yang bisa mengintegrasikan data rekam medis dari 60 ribu fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. SATUSEHAT akan diluncurkan pada 2023.
 

Pasien akan dicatat semua riwayat penyakitnya sejak pertama kali datang ke fasilitas kesehatan hingga menjalani perawatan. “Kami berharap platform tersebut akan membantu dokter dan petugas kesehatan dalam melakukan analisa,” kata Setiaji.
 

Aplikasi komunikasi virtual sebagai bagian dari proses bisnis

 
Para pembicara menyepakati bahwa digitalisasi perlu diimbangi dengan semangat kolaborasi untuk menciptakan pelayanan publik yang lebih merata dan terjangkau. Foto: Zoom


Senior Advisor PT Telkom, Arief Gunawan mengatakan bahwa digitalisasi dan pandemi telah membawa perubahan pada seluruh aspek kehidupan. “Dulu orang bergerak menghampiri kantor dan sekolah, kini kantor dan sekolah yang menghampiri kita karena bekerja dan belajar bisa menggunakan perangkat komunikasi video.”
 

Komunikasi video juga mendorong efisiensi pada learning process karena karyawan dapat belajar dari mana saja dan kapan saja. Di sektor komersial, perangkat teknologi juga mempermudah penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi. “Kita dituntut untuk cepat dalam beradaptasi, jika tidak mau ketinggalan,” Arief melanjutkan.
 

Setelah pandemi reda, kebiasaan komunikasi lewat video dalam bekerja terus dilakukan hingga saat ini. “Rasanya malah aneh kalau menghadiri rapat secara fisik, apalagi kalau lokasi rapat tersebut berada di luar kantor pada jam-jam sibuk dan macet,” ungkap Dwi Windarto, Kepala Divisi Quality Health, Safety & Environment PT Wijaya Karya.
 

Dwi menceritakan bagaimana aplikasi komunikasi video memudahkan proses bisnis anak perusahaan yang beroperasi di luar negeri. “Mulai dari rapat perencanaan, pengambilan keputusan, hingga penandatanganan kontrak kerja sama, lebih efektif dan efisien dengan virtual meeting.”
 

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, PT Wijaya Karya telah menerapkan berbagai aplikasi berbasis teknologi untuk mendukung keselamatan dan perlindungan pekerja lapangan.
 

Salah satunya implementasi sistem AI yang bertugas untuk memantau para pekerja secara realtime. “Sistem ini akan melaporkan apakah pekerja kami tertib dalam menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu, dan rompi,” Dwi melanjutkan.
 

Pembicara lainnya, Christina Agustin, Asisten Deputi Pengembangan Teknologi Informasi dan Inkubasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, bercerita tentang bagaimana digitalisasi pemasaran telah mendukung kebangkitan sektor UKM di masa pandemi.
 

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, sebanyak 20 juta pelaku usaha kecil dan menengah memasarkan produknya di aplikasi e-commerce pada tahun ini dan ditargetkan meningkat jadi 24 juta pada tahun depan.
 

“Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Rapat menggunakan aplikasi virtual telah mempermudah komunikasi kami dengan para stakeholders,” kata Christina.
 

Kepala Dinas Kominfo Provinsi Jawa Barat Dr Ika Mardiah mengatakan, kolaborasi dan transformasi digital adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam manajemen pelayanan publik.
 

Jabar Digital Service, unit penyelenggara transformasi digital di Jawa Barat, telah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, swasta dan lembaga masyarakat. “Wujud kolaborasinya mulai dari literasi digital hingga pajak online,” tutup dia.