Platform Merdeka Mengajar jadikan guru sebagai agen transformasi pendidikan

Oleh Mochamad Azhar

Platform Merdeka Mengajar (PMM) dirancang sebagai ekosistem pembelajaran kolaboratif di mana guru dan tenaga pendidik berinteraksi satu sama lain tentang metode pembelajaran yang efektif dan saling berbagi inspirasi tentang cara mengajar di komunitas masing-masing.

Nadiem Makarim mendorong komunitas guru untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas lewat Platform Merdeka Mengajar: Sumber: Kemendikbudristek

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menggunakan cara-cara inovatif untuk melakukan transformasi sektor publik, khususnya di ranah pendidikan di Indonesia. Berbicara kepada GovInsider beberapa waktu lalu, Nadiem meyakini bahwa sistem pendidikan di Indonesia akan lebih baik dengan memanfaatkan teknologi dan bersedia mengambil risiko dalam proses transformasi tersebut.

 

Salah satu inovasi teknologi yang lahir dari gagasan “Mas Menteri” adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM). PMM adalah sebuah super app yang menjadi wadah pembelajaran bagi guru untuk mengakses fitur-fitur pembelajaran, menggali inspirasi dan meningkatkan kemampuannya untuk menghadirkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. 

 

GovInsider berbincang dengan tim GovTech Edu, sebuah organisasi yang merupakan bagian dari Telkom Indonesia, dan bermitra dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung visi transformasi pendidikan melalui teknologi yang digagas pada era kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim.

Tiga juta guru belajar dan menggali inspirasi dalam satu platform

 

Ruth Ayu Hapsari, Head of Tribe Merdeka Mengajar GovTech Edu, memaparkan bahwa PMM diluncurkan pada 2021 bersamaan dengan peluncuran Kurikulum Merdeka. Tahun ini, PMM telah digunakan lebih dari 3,1 juta guru dan 350.000 sekolah di seluruh Indonesia.

 

“Inti dari Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas. Karena itu, metode-metode pembelajaran yang terdapat di dalam PMM dibuat lebih adaptif dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan guru, tenaga pengajar dan pihak sekolah yang berpusat pada murid,” ungkap Ayu. 

 

Guru dapat mengembangkan sendiri modul ajarnya sesuai minat dan potensi dari peserta didiknya. Interpretasi guru terhadap Kurikulum Merdeka tidak bersifat statis, namun dinamis sesuai kebutuhan guru di masing-masing tempat mengajar.

 

Mengapa PMM fokus kepada guru? Hal ini karena agen perubahan dalam sistem pendidikan nasional adalah guru dan tenaga kependidikan. Materi-materi pembelajaran inspiratif yang didapatkan guru dari PMM dapat langsung diaplikasikan ke proses belajar mengajar di kelas.

 

PMM juga mendukung standarisasi kualitas pendidikan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada guru-guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan berskala nasional kapan pun dan di mana pun. 

 

“Jika sebelumnya hanya guru di daerah-daerah tertentu yang bisa menikmati pelatihan. Kini semua guru di seluruh Indonesia bisa mengembangkan kompetensinya di dalam platform,” Ayu melanjutkan.

 

Putri Lestari, Head of Content GovTech Edu mengatakan hampir 100% konten pembelajaran yang terdapat di dalam PMM merupakan kontribusi guru. Saat ini, terdapat 400 ribu konten pembelajaran yang telah diunggah oleh lebih dari 100 ribu guru di seluruh Indonesia. Termasuk di dalamnya 17.000 materi ajar yang siap diunduh.

 

Beberapa konten diunggah oleh guru bersangkutan dan beberapa lainnya didampingi dan dikurasi oleh tim Kemendikbudristek dan tim konten GovTech Edu. 

Ruang kolaboratif antar komunitas guru          

 

Kautsar Anggakara, Head of Design and Research GovTech Edu menyatakan bahwa PMM berbeda dari intervensi teknologi pada sektor publik lainnya yang kerap hanya memberikan standar dan tools untuk diterapkan kepada pengguna akhir. Padahal belum tentu semua guru dan pendidik memiliki kemampuan pedagogik yang sama untuk mengartikulasikan standar dan tools tersebut.

 

“Karena itu, PMM tidak didesain sebagai kanal preskriptif, tapi kanal yang interaktif, kolaboratif, dan melibatkan komunitas guru di seluruh Indonesia,” Angga melanjutkan.

 

PMM juga menyediakan fitur partisipatif lewat ‘Bukti Karya’ dan ‘Praktik Baik’, di mana setiap guru dapat berinteraksi, bertukar pikiran, untuk selanjutnya berkontribusi menghasilkan metode pembelajaran yang bisa dijadikan referensi bagi guru-guru lainnya.

 

‘Bukti Karya’ dan ‘Praktik Baik’ juga menjadi inspirasi bagi guru dalam menjalankan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan murid dan aspek kultural di wilayahnya masing-masing.

 

“Banyaknya unggahan ‘Bukti Karya’ dan ‘Praktik Baik’ dari para guru, yang menunjukkan bahwa wadah yang disediakan berhasil membawa manfaat bagi guru dan menciptakan sebuah komunitas yang baik,” kata Angga.

 
GovTech Edu merupakan tim teknologi yang berada di balik Platform Merdeka Mengajar. GovTech Edu bermitra dengan Kemendikbudristek untuk menciptakan solusi teknologi di bidang pendidikan. Sumber: GovTech Edu

Namun, angka statistik PMM bukanlah tolok ukur utama yang ingin dicapai tim. Kualitas informasi yang disajikan dan kedalaman interaksi antarkomunitas guru menjadi lebih penting untuk menentukan keberhasilan dan keberlanjutan dari program ini.

 

Kemendikbudristek dan GovTech Edu meyakini bahwa semua guru dan tenaga pendidik di Indonesia telah memiliki sifat alamiah untuk terus belajar, mengembangkan diri, serta saling berbagi metode pembelajaran. Peran teknologi adalah untuk membantu meningkatkan skalanya menjadi lebih luas.

 

“Bagian yang paling menyentuh dari PMM adalah munculnya rasa kebanggaan guru dalam menjalankan profesinya. Adanya perubahan mindset bahwa guru semakin tertarik untuk terus menciptakan inovasi dan mengembangkan cara-cara baru yang lebih segar,” kata Angga.

Kolaborasi dan keberlanjutan

 

Kolaborasi dan co-creation adalah kata kunci pada setiap proses pengembangan produk teknologi di GovTech Edu. Setiap produk, fitur dan konten pembelajaran yang ada di dalam PMM merupakan hasil diskusi, kerja sama dan lokakarya, yang melibatkan tim teknologi dengan pihak Kemendikbudristek. GovTech Edu juga bekerja sama dengan Kemendikbudristek dalam menyosialisasikan PMM.

 

Kevin Arffandy, Head of Corporate Communications GovTech Edu, menggarisbawahi kemitraan antara Kemendikbudristek dengan GovTech Edu. “Kementerian memperlakukan tim teknologinya sebagai thinking partner sehingga setiap produk teknologi yang dikembangkan benar-benar fokus pada penyelesaian tantangan di lapangan.”

 

Harapannya, PMM bisa terus berkembang menjadi aplikasi sektor publik yang irreversible, di mana guru-guru terbiasa menggunakan PMM setiap hari.