Putri Wikie Novianti, Head of Data Analytics, GovTech Edu

By Mochamad Azhar

Mengenal srikandi Women in GovTech 2024

Head of Data Analytics GovTech Edu, Putri Wikie Novianti, menceritakan pengalaman memanfaatkan data di dalam sektor pendidikan. Foto: GovTech Edu

1. Bagaimana anda menggunakan teknologi atau kebijakan untuk meningkatkan kehidupan warga negara?

 

Sebagai Head of Data Analytics, saya memimpin tim Analisis Data, termasuk Data Analysts, Data Scientists, Analytics Engineers, Data Governance Specialists, and Data Managers. 

 

Selama bekerja di sektor publik, khususnya dalam mendukung pengembangan ekosistem teknologi di Kementerian Pendidikan, kami menyadari bahwa keunggulan pemerintah terletak pada kekayaan data yang dimiliki. Sayangnya, data tersebut belum dimanfaatkan atau dikelola dengan optimal. 

 

Oleh karena itu, langkah pertama yang kami lakukan adalah mendorong perubahan pola pikir dengan mengedukasi pihak pemerintah bahwa data dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk menentukan, implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan. 

 

Contoh kontribusi tim Data Analytics yaitu untuk mendukung program dan platform prioritas seperti Platform Merdeka Mengajar untuk meningkatkan kompetensi guru; dan Rapor Pendidikan untuk membantu sekolah dalam membuat perencanaan dan perbaikan mutu satuan pendidikan. 

 

Di Platform Merdeka Mengajar, sejak tahap awal perumusan platform, Tim Data Analytics telah berperan dalam merancang dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. Tim kami melakukan analisis data terkait guru dan pemetaan kondisi guru secara umum, yang kemudian menjadi acuan bagi tim riset kualitatif untuk melaksanakan riset lapangan.

 

Setelah peluncuran PMM, Tim Data Analytics memberikan kontribusi signifikan dalam mendemokratisasikan data pengguna di dalam platform dan melakukan analisis mendalam yang digunakan oleh Tim Produk dan Tim Program untuk memperbarui platform agar lebih mendukung guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan upskilling, serta mendukung operasional pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka bagi UPT. 

 

Dengan pertumbuhan penggunaan PMM yang eksponensial, Tim Data Analytics juga memainkan peran penting dalam kegiatan back-office platform, khususnya dalam membantu pengguna menavigasi konten-konten di dalam platform dan mendukung Tim Pengembangan Platform dalam pengelolaan konten. 

 

Sebagai catatan, penggunaan data untuk pengembangan produk digital sebelumnya sangat jarang diterapkan. Pendekatan yang dilakukan sebagian besar bersifat top-down dan didasarkan pada asumsi para pemangku kepentingan, sehingga kurang berfokus pada kebutuhan pengguna (user-driven). Pendekatan ini lebih cenderung berakar pada keputusan nondata-driven yang dibuat secara top-down.

 

Di Rapor Pendidikan, tim kami berkontribusi dalam pemrosesan data yang kemudian ditampilkan sebagai indikator pencapaian sekolah, serta pemrosesan algoritma “Benahi” yang memberikan rekomendasi untuk sekolah-sekolah. 

 

Selain itu, kami juga berkontribusi pada proses regulasi, mulai dari merumuskan dan menerapkan regulasi baru hingga melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi, bersama dengan pihak Kementerian Pendidikan.  

 

Sebagai contoh, Tim Data Analytics di Tribe HiEdu (Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan), telah berkontribusi dalam kajian penyusunan reformasi regulasi terkait dengan dosen, yang terutama mencangkup beban kerja dosen dan administrasi dosen. 

 

Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.

2. Apa project yang menurut anda paling berdampak dalam setahun terakhir? 

 

Dalam setahun terakhir, kami telah mengidentifikasi beberapa studi kasus terkait AI. AI dapat memberdayakan talenta, termasuk tim teknologi kami, dan memungkinkan mereka untuk membangun teknologi yang lebih berdampak, mendorong nilai tambah dan membantu pekerjaan pengguna kami (guru dan tenaga kependidikan).

 

Selain itu, implementasi AI juga terbukti telah meningkatkan efisiensi biaya dan waktu secara signifikan. Hal ini juga mendorong pengembangan kebijakan dan regulasi di lingkungan Kementerian Pendidikan, terkait penggunaan AI untuk menjawab tantangan dan gap yang ada sebelumnya. 

 

Sistem monitoring kualitas data telah diimplementasikan untuk mendukung ekosistem teknologi dan program prioritas di Kementerian Pendidikan. Sistem ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengelolaan data itu sendiri, tapi juga meningkatkan kepemilikan data berkualitas di seluruh direktorat di Kementerian, yang pada akhirnya meningkatkan literasi dan pemahaman data oleh pemangku kepentingan.

 

Keberhasilan ini tercapai berkat kolaborasi erat tim lintas fungsi, baik dengan tim teknologi maupun unit utama di Kementerian. Saya bangga mengatakan bahwa Tim Data Analytics GovTech Edu berperan besar sebagai inisiator dan penggerak dalam mendorong suksesnya kolaborasi. 

3. Apa unexpected learning yang anda dapatkan di tahun 2024? 

 

Pelajaran tak terduga yang saya dapatkan di tahun 2024 adalah nilai dari tetap berpegang pada visi yang telah diteliti dengan baik, bahkan saat dihadapkan dengan ketidakpastian. Inisiatif yang kami jalankan didasarkan pada analisis mendetail tentang teknologi, pemahaman mengenai kebutuhan organisasi kami, dan perkiraan strategis mengenai pertumbuhan serta permintaan platform. 

 

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa, meskipun sebuah proyek kompleks untuk dijelaskan atau diprediksi, visi yang kokoh dan komitmen yang kuat pada akhirnya dapat mendorong kemajuan yang berarti. Saya sangat bersyukur kepada para anggota tim yang telah memimpin upaya rintisan ini dan mempercayai arahan saya, memungkinkan kami untuk membuat dampak yang berkelanjutan bersama-sama. 

4. Apa perangkat teknologi atau model kebijakan yang ingin anda eksplorasi lebih jauh di tahun 2025? 

 

Demokratisasi data. Belakangan ini, banyak inisiatif yang berfokus pada pengumpulan data, yang tentunya penting untuk mendukung berbagai layanan kementerian. Di samping itu, akan sangat bermanfaat jika ada upaya untuk lebih mendemokratisasikan data, baik untuk publik maupun untuk keperluan internal di kementerian serta antar kementerian/lembaga.  

 

Misalnya, dengan memperluas akses bagi tim internal untuk memahami jenis data yang tersedia di kementerian, mereka dapat lebih efektif memanfaatkan data tersebut dalam meningkatkan program mereka. Harapannya, melalui demokratisasi data ini, semakin banyak kebijakan dan program berbasis data yang dapat dihasilkan.

 

Untuk mendemokratisasikan data, diperlukan kualitas data yang baik serta infrastruktur yang memadai, sehingga data dapat diakses oleh orang yang tepat dengan jumlah yang tepat. 

 

Berikutnya, demokratisasi perangkat AI. Dengan perkembangan teknologi AI dan banyaknya tugas administratif yang harus dilakukan oleh para staf di kementerian, saya ingin melihat lebih banyak pemanfaatan AI yang terintegrasi dengan pekerjaan sehari-hari staf kementerian.

 

Perangkat AI tidak mesti menjadi sebuah produk terpisah dan/atau dikembangkan sendiri oleh pihak kementerian, tetapi bagaimana alat AI yang sudah ada dapat membantu pekerjaan yang repetitif dan administratif para staf, sehingga mereka dapat lebih produktif dan dapat menggunakan waktu mereka untuk hal-hal yang membutuhkan pemikiran atau pemecahan masalah secara mendalam. 

 

Dengan kedua hal di atas, saya yakin akan terjadi peningkatan kualitas yang signifikan terhadap keterampilan para staf yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas layanan yang diberikan kementerian kepada masyarakat luas.

 

"Perangkat AI tidak akan menggantikan manusia, tetapi manusia yang tidak menggunakan kecerdasan buatan akan tergantikan oleh manusia yang menggunakannya." 

 

Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.

5. Apa pendapat anda tentang AI dan bagaimana implementasi AI yang menurut anda mampu mendorong sektor publik? 

 

Berdasarkan observasi kami di GovTech Edu, untuk dapat menjawab tantangan pengembangan teknologi di sektor publik, perlu adanya perubahan pola pikir dan pendekatan budaya bekerja menjadi lebih user-centric, tidak terkecuali dalam mengembangkan berbagai inovasi AI di ekosistem teknologi kami.

 

Pola pikir terkait AI yang perlu diubah. 

  1. AI dianggap sebagai alat yang berbahaya. Menurut saya, AI sama seperti alat teknologi lain. Potensinya sangat besar jika kita memahami cara penggunaannya yang efektif, namun juga dapat berbahaya jika disalahgunakan. 
  2. AI bisa menyelesaikan semua masalah dan akan menggantikan manusia. Sampai hari ini, masih banyak kesalahpahaman tentang AI, misalnya kekhawatiran AI akan menggantikan atau mengambil alih pekerjaan manusia. Hal ini wajar, namun seharusnya dapat memantik kita untuk memanfaatkan AI dengan cara yang benar guna meningkatkan kinerja kita. AI tidak akan menggantikan peran manusia, tapi mereka yang tidak mengadopsi AI mungkin dapat tertinggal. 
  3. Kesimpulannya, pola pikir seperti yang di atas perlu diubah menjadi “AI dapat mendukung manusia untuk menjadi lebih produktif”. 
 

Adopsi AI di sektor publik bukanlah hal yang baru dan tidak dapat terhindarkan, terutama di Indonesia dengan populasi yang luas. AI berpotensi mempercepat layanan pemerintah untuk melayani masyarakat.

  

Namun, ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dengan teliti, terutama kualitas dan keamanan data yang digunakan untuk mendukung sistem AI, serta bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memastikan layanan yang beretika dan bermanfaat bagi kepentingan publik. 

 

Pengembangan AI dalam ekosistem teknologi Kementerian Pendidikan telah dilakukan dan telah diadopsi oleh pengguna (guru). Salah satunya melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar, guna mendukung tim operasional dan pengguna untuk lebih produktif, kreatif dan inovatif. Selain itu, AI pada PMM juga dapat meringankan beban administrasi dan menghemat waktu dalam mencari bahan mengajar atau pendukung lainnya sehingga guru bisa lebih fokus mengajar dalam membuat materi ajar bagi murid. 

 

Tujuan utama kami dalam mengembangkan AI di ekosistem teknologi Kementerian Pendidikan adalah (dari perspektif tim Data Analytics): 

 
  • Bagi Tim teknologi: menyederhanakan tugas penting yang berulang, sehingga para operator program dapat fokus pada prioritas pekerjaan yang lebih berdampak dan substansial.
  • Untuk guru dan tenaga kependidikan: 
  1. Untuk menjaga kualitas layanan Kementerian Pendidikan, sehingga pengguna (guru) dapat memaksimalkan penggunaan platform. 
  2. Untuk mengakselerasi pemanfaatan ekosistem teknologi Kementerian Pendidikan, memungkinkan guru dan tenaga kependidikan untuk segera mengimplementasi apa yang mereka pelajari di platform ke dalam kelas. 
 

Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.

6. Apa masukan yang dapat anda berikan kepada para inovator yang bekerja di bidang sektor publik? 

 
  1. Perubahan cara berpikir dan budaya kerja, keluar dari persepsi bahwa tim teknologi adalah pabrik fitur. Kolaborasi erat untuk mempertemukan visi kementerian dengan kebutuhan nyata di lapangan.
  2. Melakukan riset dan mendengar permasalahan utama yang benar-benar dihadapi oleh pengguna atau masyarakat dengan turun ke lapangan. Dan menggunakan umpan balik atau data yang didapatkan sebagai fondasi perencanaan serta perbaikan berkelanjutan.
  3. Perubahan proses kerja dari linear atau top-down menjadi proses yang iteratif, untuk terus menghadirkan inovasi terbaik dan paling relevan untuk para pengguna. Sehingga apa yang telah dibangun dapat dipelihara keberlanjutan dan kebermanfaatannya.
  4. Fokus pada penyelesaian masalah jangka pendek untuk mendorong hasil jangka panjang atau berkelanjutan.
  5. Jadikan inisiatif pengelolaan data dan dukungan teknologi sebagai fondasi yang kuat dan berkelanjutan, sehingga ekosistem teknologi yang dibangun relevan dengan kebutuhan pengguna saat ini, aman digunakan, serta siap menjawab tantangan di masa depan. 

7. Siapa yang menjadi sumber inspirasi bagi anda? 

 

Memasuki dunia layanan publik di bidang pendidikan telah membuka kesempatan bagi saya untuk bertemu dengan banyak sosok luar biasa yang sebelumnya belum pernah saya kenal. Salah satu sosok inspiratif yang saya beruntung dapat kenal adalah Ibu Itje Chodidjah, Pakar Pendidikan dan Executive Chair of the Indonesian National Commission for UNESCO.  

 

Walaupun saya tidak bekerja langsung dengan beliau dan jarang berinteraksi secara langsung, namun dedikasi, semangat, dan ketulusan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia sangatlah terasa. Energi positif dan semangat tulus beliau untuk pendidikan, memberikan saya dorongan untuk tidak lelah dalam mendukung transformasi pendidikan di Indonesia. 

 

Ketekunan dan konsistensi beliau dalam berkarier serta perjuangannya untuk memperjuangkan apa yang diyakini bermanfaat bagi anak-anak Indonesia, tanpa kepentingan pribadi atau kelompok, selalu mengingatkan saya bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus dijalani dengan penuh integritas, ketulusan, dan semangat untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi.