Denni Puspa Purbasari, Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja
By Mochamad Azhar
Mengenal srikandi Women in GovTech 2024
Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja, Denni Purbasari, berbagi tentang bagaimana mendorong produktivitas angkatan kerja dengan skala besar melalui platform digital. Foto: PMO Kartu Prakerja
1. Bagaimana Anda menggunakan teknologi atau kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara?
Saya menjabat sebagai Direktur Eksekutif Program Management Office (PMO) Prakerja sejak 17 Maret 2020 hingga sekarang. Program Prakerja adalah inisiatif Presiden Joko Widodo di periode ke-2 administrasinya. PMO adalah implementing agency yang berada di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebagai government agency, kami memiliki pegawai 182 orang.
Melalui program Prakerja, angkatan kerja diberikan beasiswa atau saldo sejumlah tertentu untuk membeli pelatihan apapun di ekosistem. Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong kewirausahaan angkatan kerja sekaligus membangun kemampuan mereka beradaptasi dengan dunia yang terus berubah. Karena bila tidak memiliki skills yang relevan, mereka akan tersisih dan kesejahteraan keluarga mereka akan terdampak.
Prakerja berskala jutaan orang per tahun. Skala sebesar ini belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Jadi, cara-cara baru harus ditempuh. Pertama, pendaftarannya langsung ke www.prakerja.go.id. Program ini on-demand, bukan top-down. Selain memangkas biaya dan waktu masyarakat, suap dan elite capture hilang.
Untuk menyeleksi penerima, algoritma randomisasi oleh komputer digunakan. PMO menggunakan cloud computing technology sehingga scalable, fleksibel, dan murah.
Kedua, Prakerja menciptakan platform digital yang bisa meningkatkan koordinasi di pasar, mengurangi informasi asimetris, sekaligus mengurangi skill gap. Machine Learning (ML) dipakai untuk memberi rekomendasi pelatihan ke peserta mengingat ada ribuan pelatihan di Prakerja, baik yang bersifat online maupun offline, hari kerja atau hari sabtu-minggu, pagi, siang atau malam.
PMO Prakerja bukanlah penyedia pelatihan, melainkan ignited market for skill development. Semua penyedia pelatihan dapat menawarkan pelatihan mereka selama memenuhi kriteria dan lolos penilaian.
Setelah menyelesaikan pelatihan, Machine Learning akan menghubungkan our learners dengan lowongan kerja yang bersesuaian dengan pelatihan yang mereka selesaikan. Sistem PMO mengintegrasikan job portals, lembaga pelatihan, marketplaces, perbankan, FinTech, dan pemerintah.
Teknologi kita juga membantu learners sukses melewati seluruh journey mulai dari mendaftar, membeli pelatihan, mengikuti pelatihan, mendapatkan sertifikat dan insentif, mengisi survei evaluasi, hingga mencari lowongan kerja.
Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.
2. Apa capaian yang paling berdampak dalam beberapa tahun terakhir?
Capaian terpenting program ini adalah inklusivitas, yang ditunjukkan dengan partisipasi kelompok rentan di dalam program.
Selama kurun waktu 2020-2024, Prakerja telah memberikan akses pelatihan bagi 18,9 juta orang dari 514 kabupaten/kota. Dari jumlah ini, 51 persen di antaranya adalah perempuan, 3 persen penyandang disabilitas, 6 persen kelompok ekonomi sangat lemah, 3 persen eks-pekerja migran, 2 persen peserta daerah terpencil, 17 persen berpendidikan SD, 61 persen tidak bekerja, dan 86 persen belum pernah mengikuti pelatihan vokasi sama sekali.
Secara kumulatif, jumlah pelatihan yang tercatat mencapai lebih dari 7.000 pelatihan dari 500 penyedia pelatihan. Ada perguruan tinggi, korporasi, yayasan, dan lain-lain. Ada yang laku, ada yang tidak tidak laku. Mereka bersaing. Prakerja menciptakan permintaan akan program pelatihan dan menjadi katalis bagi lembaga-lembaga pelatihan untuk tumbuh menjadi entitas bisnis edukasi profesional.
Beragam studi menunjukkan bahwa Prakerja berdampak positif terhadap peserta dalam aspek kebekerjaan, kewirausahaan, pendapatan, ketahanan pangan, ketahanan keuangan, inklusi keuangan, penggunaan sertifikat untuk melamar pekerjaan, kebiasaan belajar, dan kebiasaan bekerja dengan internet. Jadi, literasi dan keterampilan digital mereka meningkat.
Studi dengan randomized control trials menunjukkan dengan investasi sekitar US$180 yang diberikan sekali saja, pendapatan penerima bisa naik 10-21 persen lebih tinggi daripada non-penerima. Menggunakan estimasi konservatif, annualized ROI Prakerja mencapai 14 persen. Ini menunjukkan investasi pemerintah di Prakerja menguntungkan karena "profitabilitasnya" melebihi cost of fund pemerintah yang berkisar 6,7 persen.
3. Apa unexpected learning yang Anda dapatkan selama memimpin PMO Prakerja?
Memimpin institusi baru, program baru, cara baru, dan punya banyak stakeholders tidak mudah. Pembelajaran yang tidak terduga bagi saya adalah pentingnya komunikasi untuk memastikan seluruh pihak yang terlibat—baik internal maupun eksternal—memiliki visi yang sama, common ground dan dapat berkolaborasi secara efektif.
Kedua, pada situasi yang belum ada presedennya, penyesuaian harus dilakukan dengan cepat. Fleksibilitas dan keberanian untuk mengambil keputusan dalam ketidakpastian dibutuhkan. Dari sini saya belajar bahwa membangun nilai-nilai dan budaya organisasi sangat penting. PMO Prakerja harus menjadi learning organization. Orang-orangnya harus punya integritas dan growth mindset.
Ketiga, publik menginginkan hasil cepat. Oleh karenanya, kami harus bergerak cepat. Ini tidak masalah, karena talenta-talenta PMO Prakerja banyak berasal dari startups. Yang jadi tantangan adalah, sebagai institusi pemerintah, kami harus tetap menjaga kepatuhan terhadap regulasi yang rigid dan prosedural.
Perbedaan kultur startup vs birokrasi di tengah ekspektasi publik ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan kerja hybrid: menerapkan best practices dari startup, seperti sprint planning dan iterative feedback, namun tetap menjaga akuntabilitas melalui compliance review yang sesuai dengan aturan pemerintah.
Hasilnya, kami tidak hanya mampu menjalankan program dengan kecepatan dan skala yang luar biasa, tetapi juga berhasil membangun kepercayaan dari publik dan memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Berlangganan Bulletin GovInsider untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai inovasi sektor publik.
4. Apa perangkat teknologi atau model kebijakan yang ingin Anda eksplorasi lebih jauh di tahun 2025?
Saya ingin memulai R&D unit untuk menganalisis dengan lebih dalam dinamika di job portals untuk menyajikan informasi yang meaningful untuk para pencari kerja, pekerja, orang tua, dunia usaha, manajemen perguruan tinggi/sekolah, lembaga pelatihan, dan pemerintah.
Kecerdasan artifisial (AI) bisa banyak membantu dalam hal ini mulai dari pengumpulan data, NLP, ML, dan pattern recognition, visualisasi data berikut insights-nya.
Tujuannya agar orang jadi tahu tren pekerjaan dari waktu ke waktu, keterampilan yang paling dicari, sektor industri yang berkembang, lokasi dengan peluang kerja tinggi, gaji tinggi, dan sebagainya.
Hasil yang diharapkan ialah orang akan paham dan bisa mengambil keputusan berbasis informasi. Masalah informasi asimetris bisa dikurangi, koordinasi antaraktor bisa ditingkatkan, dan inefisiensi alokasi sumber daya di masing-masing pihak – apakah berupa mismatch, skill gap, search cost dan lainnya – bisa dikurangi.
5. Mimpi apa yang ingin Anda wujudkan lihat di tahun 2025?
Saya bermimpi aspek-aspek inovatif di Prakerja bisa diaplikasikan di program pemerintah lainnya dan bisa di-leverage untuk perubahan yang lebih besar. Ini berarti lebih sedikit kajian-kajian, biaya konsultan, seminar-seminar, dan waktu yang terbuang. Masyarakat butuh actions dan results segera.
Sejalan dengan itu, saya bermimpi inovasi yang sudah terbukti efektif, efisien, akuntabel seperti Prakerja, diberikan ruang untuk tumbuh. Model mental kita semua harus berubah agar tidak menghambat perubahan.
6. Apa masukan Anda untuk para inovator sektor publik?
Jangan takut untuk tidak disukai. Jangan patah arang bila ditolak. Akan banyak yang tidak nyaman dan tidak paham. Karena itu, bangun komunikasi dan bentuk koalisi. Implementasikan perubahan secepatnya. Tunjukkan hasil, bukan proses. Dapatkan trust. Teruslah beriterasi. Anda harus gigih, punya kemandirian pikir, dan yakin pada pikiran Anda sendiri.
7. Siapa yang menjadi sumber inspirasi bagi Anda?
Indonesian people. Mereka adalah alasan saya melakukan ini semua. Kehidupan mereka layak untuk diperjuangkan. Dan saya yakin, semua orang punya impian… Impian akan kehidupan yang lebih baik.
Jika Singapura, Korea Selatan, dan Cina bisa mengubah kesejahteraan rakyat mereka, Indonesia semestinya juga bisa. Saya harus manfaatkan ilmu dan jabatan saya bagi kesejahteraan masyarakat untuk membuat perbedaan, menyalakan harapan. Mumpung saya punya kesempatan. Saya tidak bisa ala kadarnya atau menyerah begitu saja ketika ada tantangan.